Oleh Ridhazia
Gaza kerap disebut sebagai penjara dunia. Bahkan neraka dunia. Disebut demikian, karena kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah sangat menyiksa. Tertutup dari dunia luar. Karena aksesnya terkunci dua negara yang berbatasan yakni Mesir dan Israel.
Untuk bisa ke luar dan masuk kembali ke negaranya, penduduk Jalur Gaza harus melalui pemeriksaan yang super ketat di pos penjagaan militer. Apalagi dalam keadaan krisis bersenjata, bantuan kemanusiaan pun harus berizin bahkan sangat mungkin ditutup.
Perang Saudara
Penderitaan yang panjang bangsa Palestina sebagai mata rantai sejarah konflik yang tak terputus.
Jalur Gaza yang pernah dikuasai Israel saat Perang Enam Hari pada 1967. Tetapi 1993 kemudian dikuasai Otoritas Nasional Palestina itu malah didera perang saudara. Sejak terjadi konflik 2006 bersenjata dua faksi serumpun yakni Hamas versus Fatah menjadi alasan Mesir dan Israel melakukan blokade di perbatasan.
Terpadat
Luas total Jalur Gaza hanya 365 km persegi. Panjang 41 kilometer dan lebar 12 kilometer. Kota sekecil itu dihuni sekitaran 1,7 juta jiwa. Kota ini dikelompokkan sebagai kota terpadat dunia. Juga sangat miskin. Mayoritas penduduknya Jalur Gaza muslim Sunni.
Perkembangan Islam terjadi sejak 635 Masehi dan pernah menjadi bagian dari imperium Kesultanan Utsmaniyah sebelum dikuasai Inggris pada Perang Dunia I dan dimasukkan ke dalam wilayah “British Mandate of Palestine”.
Kota kecil ini menjadi kantong kemiskinan tak pernah membaik. Bank Dunia memerkirakan perekonomian akan stagnan selama konflik berlanjut dan menjadi kota dengan pengangguran mencapai hampir 75 persen sejak 2019. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.