Oleh Salwa Fatmah Ridwan
K-Pop, atau Korean Pop, telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir. Dulu hanya menjadi fenomena regional di Asia Timur, kini K-Pop merambah pasar internasional, mendominasi tangga lagu dunia, dan memiliki jutaan penggemar yang tersebar di berbagai belahan dunia. Boyband seperti BTS dan Blackpink tidak hanya menjadi nama besar di dunia musik, tetapi juga ikon budaya yang membawa nilai-nilai Korea ke kancah global.
Pertanyaannya adalah, apakah K-Pop hanyalah sekadar hiburan, atau ada agenda yang lebih besar di baliknya, seperti penggunaannya sebagai alat soft power?
Soft Power: Alat Diplomasi Baru?
Konsep soft power mengacu pada kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain tanpa menggunakan kekuatan militer, tetapi melalui daya tarik budaya, nilai, dan kebijakan yang menarik bagi masyarakat asing. Korea Selatan telah berhasil menggunakan K-Pop sebagai bagian dari strategi soft power-nya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa musik ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memperkenalkan dunia pada budaya Korea. Melalui lagu, video klip, hingga gaya busana para artis K-Pop, Korea berhasil menarik perhatian banyak negara, terutama di Barat.
Lihatlah bagaimana BTS menjadi duta besar tidak resmi Korea Selatan. Mereka bahkan diundang untuk berbicara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang isu-isu seperti kesehatan mental dan perubahan iklim. Ini adalah contoh nyata bagaimana K-Pop digunakan sebagai alat diplomasi untuk memperluas pengaruh Korea Selatan di kancah internasional.
Namun, tidak bisa diabaikan bahwa K-Pop, dalam hal ini, memainkan peran yang lebih besar dari sekadar hiburan. Korea Selatan secara strategis menggunakan popularitas K-Pop untuk memperkenalkan budaya, bahasa, hingga nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakatnya. Ini tentu memunculkan pertanyaan lebih lanjut, apakah K-Pop merupakan bagian dari agenda politik untuk memperkuat posisi Korea Selatan di kancah dunia?
Apakah Ini Hanya Tentang Hiburan?
Meskipun Korea Selatan memanfaatkan K-Pop sebagai bagian dari soft power, penting untuk disadari bahwa daya tarik utama K-Pop tetap pada sisi hiburannya. Kebanyakan penggemar menyukai K-Pop karena kualitas musiknya, koreografinya yang energik, dan visual yang memikat. Lagu-lagu yang mereka hasilkan tidak hanya populer di kalangan remaja, tetapi juga diterima oleh berbagai usia, karena keragaman tema dan genre musik yang ditawarkan.
Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa keberhasilan K-Pop juga didukung oleh strategi pemasaran yang cerdas. Idol K-Pop dilatih bertahun-tahun sebelum debut, menguasai berbagai keterampilan mulai dari menyanyi, menari, hingga berkomunikasi dengan penggemar. Agensi hiburan di balik mereka, seperti
SM Entertainment atau YG Entertainment, tidak hanya menciptakan bintang pop, tetapi juga membangun narasi yang menarik untuk setiap grup yang mereka rilis. Ini adalah bagian dari branding yang membuat K-Pop lebih dari sekadar musik.
K-Pop sebagai bagian dari industri kreatif memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Tidak hanya dalam bentuk penjualan album atau konser, tetapi juga melalui merchandise, drama, film, dan produk-produk turunan lainnya. Industri K-Pop kini mencakup berbagai sektor yang menghasilkan keuntungan miliaran dolar bagi perekonomian Korea Selatan. Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa K-Pop bukan sekadar hiburan, tetapi juga mesin penggerak ekonomi yang kuat. *
* Salwa Fatmah Ridwan, mahasiswa Prodi Jurnalistik Fidkom UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bermukim di Bandung, Jawa Barat.