Oleh Ridhazia
Beringin (ficus benjamina) menjadi salah satu pohon yang mudah dikenali. Dan, beringin menjadi tanaman yang paling banyak ditanam di negeri ini. Usia tumbuhnya panjang juga tahan perubahan cuaca.
Di sejumlah alun-alun kecamatan tempo dulu, beringin dengan daun tunggal berbentuk menyirip, dan berwarna hijau jika semakin besar akan semakin rindang kerap menjadi pohon peneduh.
Akar tunggal merambat ke semua sudut, selain menambah artistik juga kokoh. Bahkan, jika pohon ini menua akan tampak akar menggantung. Konon akar inilah yang menambah nutrisi pohon hidup panjang.
Berbeda dengan pohon jati, mahoni atau trembesi, kayu pohon beringin tidak baik diolah untuk furniture. Lebih baik membiarkannya tumbuh hingga tumbang sendiri.
Siapa pun tukang kayu, tidak akan tertarik beringin. Kecuali untuk istirahat dan berteduh dari sengatan matahari.
Dimitoskan
Pohon besar beringin dimitoskan sebagai pohon sakral. Dipercaya menyimpan hal-hal mistis. Kono dihuni makhluk halus sehingga sering dijadikan tempat untuk meletakkan sesajen.
Faktanya berbeda dari dugaan. Beringin pepohonan hutan kota penghasil oksigen terbanyak. Terutama pada saat malam hari. Selain menjaga dan menyaring polutan.
Juga menjadi pohon yang menjaga ketersediaan air bersih alami. Bahkan, pada sekitaran beringin besar yang menua kerap ditemukan sumber air.
Sumber Obat
Dalam pengobatan tradisional, getah dan daun beringin sering dimanfaatkan untuk obat peradangan, obat kulit, gangguan pencernaan hingga kusta.
Akar gantungnya juga bisa mengatasi demam tinggi, pilek, dan luka memar. Sementara daunnya bisa menyembuhkan radang saluran napas, influenza, luka pada kulit, dan malaria. Rantingnya sebagai obat anti nyeri, anti bakteri, dan anti demam. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.