
Oleh Ridhazia
Ekspansi peran militer ke ranah sipil selepas Orde Baru residunya masih terasa sampe sekarang.
Budaya komando masuk dalam bawah sadar dan ditiru kalangan sipil sebagaimana terlihat kekakuan pejabat sipil yang memberi hormat pada Sang Presiden.
Tak terkecuali retret para menteri, gubernur, bupati/walikota yang mendapat perhatian media asing.
Juga terekspresikan pada style dan gaya berkomunikasi dalam pergaulan sipil semisal;
– ”siap, siap laksanakan!”
– “izin bicara”,
– “siap menunggu arahan”
Kata-kata tersebut secara tidak mencerminkan perilaku sipil, seperti :
– ”oke!”
– ” baiklah!”
– ” Sepakat, dong!”
Sipil Bergaya Militer
Infiltrasi militeristik pada sipil tercermin pada aktualisasi dan simbolik, seperti pada pengorganisasian yang berbentuk komando hingga seragam yang didesain ala militer dengan pangkat yang diserupakan di dunia militer.
Semisal Resimen Mahasiswa di kampus. Nyaris sempurna dengan militer beneran. Atau, ormas dibawah otoritas partai yang dibentuk sebagai satuan tugas (satgas).
Yang menonjol sekali organisasi pemuda yang menggunakan simbol militer mulai dari desain seragam loreng, baret, sepatu militer, bahkan tongkat komando.
Residu militeristik era Orba terlihat pada style dan gaya pakaian PNS. Simbol hirarki dan komando sangat menonjol sehingga kehilangan kesipilannya.
Gubernur hingga kepala desa diberi “pangkat” sebagai simbol kelas dan jabatan. Bahkan rektor sebagai pimpinan dunia akademis kehilangan akal sehatnya. Tak mau kalah terinfiltrasi militer.
Kata media asing
Associated Press (AP News) memberitakan retret Kabinet Merah Putih dalam artikel “Indonesia’s new President and ministers begin a military-style retreat which includes morning drills” , Jumat (25/10/2024).
Media asal New York, Amerika Serikat ini menyoroti tujuan dilakukannya kegiatan retret bertema militer. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.