Kolom Sosial Politik

Menulis BIOGRAFI

54views

 

Oleh Ridhazia

Sebulan ke depan, saya harus menulis biografi. Bulan Desember, naskah cerita perjalanan hidup ini harus tuntas. Dalam limit waktu 30 hari saja, biografi ini akan dicetak untuk dibagikan terbatas dalam inaugurasi pensiun.

Terus terang, menulis biografi tidak sederhana menulis berita atau opini. Apalagi menulis naskah pendek pada status di media sosial. Juga tidak lebih mudah dari menulis skripsi, tesis dan disertasi.

Biografi Profesor

Biografi yang sedang digarap itu mendeskripsikan profesor berusia 70 tahun dengan segala keunikannya. Sosok guru besar dengan keseluruhan eksistensi.

Ia bukan saja berpengalaman tunggal hanya sebagai akademisi yang bergumul dengan tugas normatif mengajar dan meneliti. Ia adalah pimpinan kampus.

Menjadi menarik karena sang tokoh ditengah kesibukan sebagai abdi negara juga memilih jalan hidup sebagai sosok aktivis. Bahkan pernah menjadi politisi sungguhan sebagai anggota legislatif.

Namanya populer. Tertulis di media sebagai narasumber dan rujukan wawancara, penulis artikel dan opini di surat kabar dan majalah dalam posisinya sebagai akademisi dan aktivis pada sejumlah organisasi besar keagamaan, cendekiawan dan organisasi politik.

Relasi perkawanannya pun luas. Tidak sebatas bergaul dengan tokoh nasional lintas pemikiran, agama dan budaya. Juga tokoh politik lintas partai dan sejumlah menteri dan kepala negara dalam dan luar negeri

Untuk memenuhi kesemestian biografi sosok yang penuh warna dan berdimensi banyak, menuntut saya melakukan penyelidikan yang intens tentang sosok sang tokoh. Tidak saja membeberkan fakta. Juga pemikiran. Bahkan wisdom yang menginspirasi kehidupan pribadinya.

Diinvestigasi

Ibarat karya tulis ilmiah, biografi dipaparkan secara skeptis. Saya tidak boleh mudah puas hanya dengan mengumpulkan dan membaca satu atau dua jawaban. Atau satu atau dua dokumen.

Pendek kata biografi perlu validasi data dan keterukuran fakta-fakta. Perlu diolah melalui konfirmasi dan klarifikasi yang berulang-ulang.

Semua itu dilakukan agar biografi terhindar dari kesalahan dan kekurangan. Bisa meluruskan yang salah tapi juga saling melengkapi dan berksesuaian. Tidak simpang siur antara data dan pernyataan satu atas data dan pernyataan lain ada kesesuaian.

Bukan Riwayat Karir

Kesemestian isi biografi bukan hanya riwayat hidup dan karir. Tetapi narasi tentang sosok manusia individu dengan segala keunikannya.

Sebagaimana manusia lain yang hidup ruang sosial yang melatar belakanginya. *

    * Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Gjati Bandung, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response