METRO BANDUNG, bandungpos.id – Kota Bandung dengan segudang narasi seninya, menyimpan potensi yang luar biasa. Sayangnya, upaya untuk mengubah narasi ini menjadi bentuk yang konkret masih sangat terbatas. Kurangnya ruang seni yang dapat mendukung eksistensi para seniman menjadi tantangan yang nyata.
Dalam menghadapi situasi ini, SuJiVa muncul sebagai narator yang berkomitmen untuk menjadi simpul kreativitas di Bandung. Melalui pendekatan yang inovatif, SuJiVa menjadi penghubung bagi para seniman untuk beraktivitas dan berkreasi.
Berlokasi di Jalan Sumur Bandung Nomor 6, SuJiVa adalah restoran dengan konsep yang unik. Tempat ini tidak hanya menjadi destinasi kuliner, tetapi juga ruang bagi para pengunjung untuk menikmati berbagai produk seni yang ditawarkan.
Tahun ini adalah pertama kalinya SuJiVa menyelenggarakan acara seni kolaboratif. Acara ini bertajuk “Weekend Creative Market.” Adapun pada Sabtu, (26/10), adalah hari kedua acara ini bergulir.
Terkait rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, Founder SuJiVa Weekend Creative Market, Isabel, memberikan pemaparannya.
“Acara ini bertujuan untuk mempromosikan brand lokal, yang mana kami juga mencoba untuk mencampurkannya dengan budaya Barat,” ujar Isabel.
“Adapun untuk kegiatan kami hari ini, ada pertunjukan musik Latin, pameran batik dari Garut, dan pameran kerajinan dari Maribaya. Untuk pamerannya sendiri kami memberikan kesempatan bagi pengrajin lokal untuk bergabung dan mendemonstrasikan karya-karyanya,” lanjutnya.
“Sedangkan untuk kegiatan rutinitas yang kami rencanakan, di antaranya setiap Senin ada jazz night, Rabu ada ukulele, dan Jum’at ada Salsa Night,” tambahnya.
Selain itu, acara ini juga menyelenggarakan serangkaian workshop menarik. Yang pertama adalah Rings Workshop, di mana peserta diberi kesempatan untuk membuat cincin sesuai dengan keinginannya. Selama proses kreatif berlangsung, peserta diberikan bimbingan terkait teknik dasar pembuatan perhiasan, kemudian cara-cara untuk memadukannya dengan bahan-bahan yang unik.
Yang kedua adalah Salsa Workshop, yang mengajak peserta untuk terlibat langsung dalam gerakan tarian Bachata dan Line Dance.
Yang ketiga adalah Painting Workshop, yang menghadirkan instruktur dari komunitas seni lukis dari Braga, yaitu Area Lukis Braga. Dalam sesi ini, peserta mempelajari teknik-teknik melukis, di antaranya mengenai penggunaan warna dan komposisi, serta cara mengekspresikan ide-ide mereka di atas kanvas.
Kemudian, dengan latar belakangnya di bidang biologi, Isabel berinisiasi agar semua produk yang ditawarkan adalah hasil daur ulang sehingga berorientasi pada ekosentrisme.
“Kebetulan saya sebelumnya kuliah di Inggris jurusan biologi, di sini saya ingin memadukan ilmu-ilmu yang saya pelajari dengan bisnis yang sedang saya kembangkan. Maka, inisiatif saya adalah menawarkan produk-produk seni yang ramah lingkungan,” tuturnya.
Ia juga berharap agar kegiatan ini dapat konsisten dilaksanakan, sehingga dapat terus menciptakan ruang bagi pengrajin lokal untuk berkolaborasi dan berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.(dimas/bnn)