Oleh Ridhazia
Kata adiktif pada kekuasaan sebagai keinginan yang terus menerus berkuasa. Pengalaman berkuasa sebelumnya telah menyebabkan ia adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan).
Semua adiksi dilakukan dengan keadaan sadar dengan mengubah persepsi, perasaan dan emosi hanya untuk meraih kekuasaan. Kekuasaan baginya ibarat obat psikoaktif yang memberi pengaruh terhadap perilaku tanpa henti.
Halu!
Seseorang yang berkuasa secara adiktif bukan saja rileks dan tenang. Dalam posisi sosialnya sebagai penguasa, ia seakan mendapat stimulan yakni energi penambah kekuatan.
Tetapi kekuasaan yang dikonstruksi secara adiktif berpeluang menjadikan dia terjebak dalam halusinasi politik. Efek halusinogen dalam kekuasaan dapat memengaruhi interaksi sosial.
Sebagaimana seorang yang halu dan sakau, otak penguasa yang adiktif tidak lagi normal yang pada gilirannya berpengaruh terhadap mood, persepsi, emosi. Kekuasaan semata-mata kesenangan dan euforia pribadinya. Bukan tanggung jawab sosial. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.