“DUNIA selalu berubah. Perubahan tersebut pasti memengaruhi diri dan bisnis kita. Sebagai pebisnis perubahan-perubahan ini memberikan dampak besar, tinggal bagaimana kita mengenali, menganalisis, mengantisipasi dan menyiapkan diri dalam menghadapinya. Karena tanpa keempat hal tersebut, sudah pasti kita (bisnis kita) akan dilibas habis tak bersisa keluar dari gelanggang persaingan dan hanya menjadi penonton saja.”
Demikian diungkapkan Ketua Umum DPD IWAPI Jawa Barat Dr.(C) Hj Masrura Ram Idjal SE MBA MSc, di sela-sela acara pertemuan 3 bulanan dan Halal Bihalal yang digelar DPD IWAPI JABAR beberapa waktu di Saung Udjo Bandung.
Selanjutnya wanita enerjik yang memimpin DPD IWAPI Jawa Barat Periode 2021-2026 ini menambahkan, bagaimana cara Anda bisa menghadapi berbagai perubahan tersebut?
Menurutnya ada empat perspektif bisnis di bidang jasa. Pertama, mengenali perubahan. Sebenarnya ada banyak tanda-tanda yang dapat kita kenali, baik yang kasat mata terpampang jelas di depan mata dan memengaruhi bisnis kita saat ini maupun sesuatu yang mulai tampak ada walaupun kecil. Misalnya di tahun 1990 akhir, waktu itu tiket pesawat sangat mahal dan hanya didominasi oleh perusahaan pelat merah sehingga banyak orang-orang mengandalkan perjalanan menggunakan kendaraan darat (bis pariwisata). Mempunyai bis wisata dengan berhutang ke leasing pun waktu itu simple dan sangat mudah. Bis pariwisata berlalu lalang, Jakarta – Yogya, Jakarta – Bali, Jakarta – Lombok dan rute-rute wisata lainnya dengan harga terjangkau sangat digemari dan menjadi alternatif wisata (waktu itu tiket pp Bandung – Bali seharga 2 juta/one way belum hotel, makan dan jalan-jalan di Bali). Paket wisata Jakarta – Bali 8 hari dengan hotel, makan, jalan-jalan cukup membayar 500 ribu – 600ribu dengan hotel bintang 3 di Bali. Tetapi ketika era low cost carrier, pesawat-pesawat murah seperti Air Asia, Star Air, Adam Air muncul dan menjual tiket Jakarta – Denpasar seharga 250 ribu maka orang pun meninggalkan wisata menggunakan bis. Apakah kita akan tetap menggunakan bis? Cut loss, jual semua bis yang hutang dan tinggalkan bis yang sudah lunas beberapa untuk menghindari beban liabilities. Kemudian membuat strategi menggunakan low cost carrier ke depannya. Jadi, intinya sedari awal mengenali dampak dan ancaman tersebut dan mengubah/ memanfaatkannya menjadi sumber revenue.
Kedua, menganalisis perubahan. Ketika teknologi mulai mendisrupsi bisnis di bidang jasa biro perjalanan wisata, sedari awal kita hendaknya memaksimalkan kemampuan kita menganalisis, hei ini apa? Dia mau ngapain nih? Mesti lakukan apa ke depannya? Misalnya ketika 10 – 12 tahun lalu biro perjalanan wisata didisrupsi dengan mesin pembeli tiket online, banyak dari teman-teman Biro Travel yang bisnis utamanya menjual tiket santai-santai saja melihat aplikasi ini mulai masuk ke gelanggang bisnisnya dan mengabaikan di awalnya. Karena mereka berpikir, ah orang Indonesia itu gaptek, mana mungkin bisa beli tiket sendiri, memang mereka mengerti? Terus pembayaran dengan kartu kredit memangnya orang-orang semua punya? Apalagi yang didaerah pasti ribetlah. Akan tetapi mereka lupa bahwa platform tersebut semakin berevolusi menjadi platform yang user frinedly, sangat mudah digunakan dan mempunyai alternatif cara pembayaran yang beragam serta diskon harga yang bikin geleng-geleng kepala. Akhirnya pelanggan yang setia pun pergi dari mereka dan beralih menggunakan platform tersebut.
Seharusnya ketika di awal ini terjadi, mereka sudah mengenali dan memahami bahwa kompetitor sudah selangkah lebih maju. Saya harus ngapain? Peralatan apa yang harus saya upgrade? Kemampuan staf yang harus diupgrade? Intinya jangan meremehkan disrupsi yang ada.
Ketiga, mengantisipasi perubahan. Yang paling sulit adalah ketika kita harus memutuskan harus melakukan apa. Apakah bisnis ini harus diteruskan? Jika harus diteruskan apa yang harus saya lakukan? Bagaimana mendiversifikasi produk/ jasa di masa yang akan datang agar bisnis kita tetap bisa jalan dan mendatangkan keuntungan. Antisipasi atas perubahan menjadi landasan yang kuat jika kita tetap ingin melanjutkan bisnis yang sama disertai dengan inovasi-inovasi di berbagai hal pada produk/ jasa tersebut.
Kiat yang keempat yang disampaikan pemilik Rabbanitour ini adalah menyiapkan untuk ikut dalam perubahan tersebut. Inilah momen yang bagi banyak orang sangat sulit dilakukan. Keluar dari zona nyaman dan memasuki area baru membutuhkan tekad dan semangat yang kuat. Meninggalkan zona nyaman di saat usia yang kian bertambah membutuhkan motivasi dan support yang luarbiasa. Di sinilah pentingnya berjejaring dalam sebuah komunitas atau organisasi yang saling support untuk terus naik kelas dan men scale up diri bersama-sama.
Dengan penuh keakraban Ketua Umum DPD IWAPI Jabar ini tetap optimis bahwa anggota IWAPI mampu menjalankan empat strategi bisnis yang sudah diformulasikan.
Saung Udjo yang dijadikan tempat pertemuan para pengusaha wanita di Jawa Barat ini menjadi saksi bahwa tanpa perubahan yang berarti semua pemilik bisnis akan mati.
Kegiatan tersebut selain diikuti oleh 20 DPC IWAPI seluruh Jawa Barat dan dihadiri sekira 168 orang hadir pula para stakeholder, diantaranya dari BKOW, DP3, dan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Barat.
Selain pertemuan 3 bulanan dan halal bihalal momen penting tersebut juga tidak disia-siakan oleh para anggota IWAPI dengan menggelar bazar berbagai produk dari para pengusaha IWAPI Jabar.
Tak hanya itu sebuah usaha di bidang penjualan emas batangan juga turut memeriahkan gelar tersebut.(ask/bnn)