Kolom Sosial Politik

Albert Einstein : ENYAHLAH ISRAEL!

141views

 

Oleh Ridhazia

Konflik berkepanjangan di Tanah Palestina sudah diprediksi fisikawan Albert Einstein (1879-1955). Dan, terbukti kalau negara Yahudi itu zionis yang otoriter. Sangat berbahaya!

Baginya, negara Yahudi itu alih-alih dan solusi bagi konflik di Timur Tengah. Malah menjadi sumber penderitaan yang berkepanjangan dengan penduduk asli Palestina dan negara Arab sekitarnya. Ia menduga pada gilirannya Israel pun akan hancur. Hilang dari Bumi.

Semua prediksi ilmiah sekaligus keberatan begawan fisikawan kelahiran Jerman pada tahun 1946 atau dua tahun sebelum Israel mendeklarasikan diri sebagai negara.

Pemenang Nobel Fisika tahun 1921 secara khusus menulis surat kepada Komisi Penyelidikan Anglo-Amerika untuk isu Palestina. Surat ini telah dikutip oleh banyak studi terkait Palestina yang hingga sekarang menjadi fenomena politik yang sangat menarik untuk studi konflik manusia.

Isi Surat

“Saya tidak percaya bahwa pembentukan negara Yahudi di Palestina akan membawa solusi untuk masalah Palestina. Sebaliknya, saya percaya bahwa itu akan menciptakan konflik yang berkepanjangan dan kekerasan.”

“Saya juga khawatir negara Yahudi akan menjadi negara otoriter yang didasarkan pada kekerasan dan diskriminasi. Ini akan bertentangan dengan sifat esensial Yudaisme, yang selalu didasarkan pada nilai-nilai toleransi dan persaudaraan.”

Zionis itu

Zionisme gerakan politik yang menjadi pilar nasionalis Yahudi internasional. Faham ini dikembangkan di kalangan Yahudi iniuntuk menghasilkan sebuah negara Yahudi di wilayah Palestina.

Penelitian sejarah mengungkapkan kalau kelahiran zionisme akibat adanya penindasan atas bangsa Yahudi di Eropa. Sementara gerakan bangsa Yahudi lainnya adalah asimilasi dengan masyarakat Kristen Eropa-Amerika.

Bermigrasi ke tanah Palestina diserupakan dengan kembali kepada tanah nenek moyang mereka (Eretz Israel). Kaum Yahudi tercatat untuk terakhir menempati tanah Palestina membentuk negara ekslusif murni Yahudi. Semua itu untuk membebaskan diri dari antisemitisme yang berkembang sejak abad ke-18. Yakni politik kebencian terhadap kaum Yahudi.

Perlu dicatat, bahwa Yahudi pernah hidup pada zaman Kekaisaran Romawi antara tahun 132-135. Tapi diusir ke Tanah Palestina sekarang karena memberontak terhadap penguasa Romawi.*

* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response