Oleh Ridhazia
Sekuat apa pun tim sukses itu, kalau logistiknya sangat terbatas, yakni penetrasi rupiahnya tidak berjibun, tunggulah kegagalan. Apalagi kalau figur yang dijual tidak acceptable, tidak dapat diterima, alias sentimennya negatif.
Dalam terminologi politik relasi hangat karena politik uang ink lazim disebut sebagai klientelisme atau klien politik. Sebuah keniscayaan perpolitikan yang sudah ada sejak Romawi Kuno, yakni ketika aktor politisi ingin mendapatkan dukungan politik melalui penetrasi duit dan hadiah kepada pemilih.
Meski praktik pemberian insentif kerap diharamkan bahkan dianggap ilegal, toh prevalensinya siginifikan pada setiap pemilihan aktor politis di seluruh dunia karena bersentuhan langsung dengan kebutuhan pemilih.
Korupsi Politik
Adagium yang terpopuler bahwa pertukaran suara dengan uang, ditambah pertukaran barang atau jasa lebih nyata ketimbang pertukaran janji-janji semata.
Bahkan relasi politik seperti ini dipandang sebagai suatu pilihan yang paling wajar dan sederhana. Suatu relasi politik diadik antara aktor dan pemilih yang saling menguntungkan dan terjamin kebebasannya.
Namun begitu, klientelisme sebagai salah satu bentuk korupsi politik yang berlangsung dalam hubungan relasi kekuasaan politik dengan corak patron-client. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandyung, Jawa Barat.