Opini

PDIP Semakin Kerdil Ditinggal Para Kader dan Pendukungnya?

291views

Oleh: Yoes Rizal Selian

BELUM lama ini anak tertua (sulung) mantan Presiden Soekarno Guntur Soekarno Putra yang juga adalah kakak kandung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri mengimbau agar Megawati legowo lengser dari jabatan sebagai Ketua Umum PDIP dan digantikan  kader lainnya Joko Widodo yang saat ini Presiden Indonesia. Imbauan Guntur yang juga adalah Kader PDIP dimuat di media sosial dan media manstream lainnya.

Munculnya imbauan Guntur ini wajar mengingat PDIP adalah partai kader dan Megawati cukup lama memegang jabatan sebagai Ketua Umum PDIP, yaitu sejak zaman Orde Baru (30 tahun lebih) dan kini kondisi kesehatannya juga sudah semakin menurun sehingga harus memakai tongkat berjalan. Sebagai pengganti Megawati diusulkan Guntur  Joko Widodo yang saat ini presiden Indonesia dan sudah dua kali menjadi presiden dan masih muda dan enerjik.

Namun tampaknya Ketua Umum PDIP Megawati tidak tertarik dengan usul ini dan ngotot masih terus ingin menjadi Ketua Umum PDIP meskipun para kader muda potensial PDIP satu persatu secara terbuka mendukung Prabowo untuk menjadi presiden pada Pemilu 2024 dan bukan mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, seperti Effendi Simbolon, Budiman Sujatmiko, Achyar Nasution, Gibran Rakabuning Raka, Kaesang, dan lainnya.

Demikian juga imbauan Guntur bertujuan menghilangkan kesan miring berjalan terusnya “Politik Dinasti” di PDIP dengan Ketua Umumnya Megawati dan juga orang kedua di jajaran pengurus DPP PDIP Puan Maharani. Joko Widodo yang merupakan Kader terbaik PDIP   memiliki perjalanan karir mumpuni sejak menjadi Walikota Solo dan Gubernur Jakarta dianggap layak menjadi Ketua Umum PDIP menggantikan Megawati.

Namun Megawati tidak bergeming. Malah sebagai ketua umum partai dikenal bertemperamen keras dan suka menyinggung para kader, bahkan secara terbuka terhadap Joko Widodo.

Akibat kuatnya intervensi Megawati menimbulkan kekecewaan Presiden Jokowi karena tidak bisa secara leluasa bertindak dan melakukan kebijakan-kebijakannya. Puncak kekecewaan Jokowi terhadap Megawati terjadi pada saat Kongres PDIP beberapa waktu  di Semarang Megawati secara terbuka di depan kader PDIP Megawati mengatakan Joko Widodo tidak ada apa-apanya tanpa PDIP.

Dari peristiwa ini para analisis melihat Jokowi merasa tersinggung dan juga merasa dipermalukan di hadapan peserta kongres dari seluruh Indonesia dan para pejabat serta wartawan.

Perseturuan Berlanjut ke keluarga dan Pendukung

Perseteruan dan perebutan pengaruh serta kekuasaan antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati diperkirakan terus berlanjut menjelang Pemilu dan berakhirnya masa jabatan Presiden Jokowi tahun depan.

Kini perseteruan telah melibatkan keluarga, yaitu dengan beralihnya Gibran Rakabuming yang notabene putra sulung Presiden Jokowi dan Kader PDIP menjadi calon Wakil Presiden berpasangan dengan Calon Presiden Prabowo dari Partai Golkar dalam koalisi Indonesia Maju.

Demikian juga halnya dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang anggotanya sebagian besar kawula muda kini dipimpin Kaisang (adik Gibran) yang secara otomatis telah mendukung Gibran menjadi Wakil Presiden pada Pemilu 2024.

Selanjutnya perebutan pengaruh dan kekuasaan antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati juga tidak saja terjadi di Partai PDIP dan keluarga tapi juga telah merembet ke pendukung Presiden Jokowi pada Pemilu 2019 (Relawan) yaitu dengan adanya ikrar pernyataan dari relawan terbesar pendukung Presiden Jokowi pada Pemilu 2019 akan mendukung Calon Presiden Prabowo pada Pemilu 2024. Ikrar pernyataan kebulatan tekad dibacakan oleh Ketua Umum Relawan “Projo” (Pro Jokowi) Budi Arif Setiadi dihadiri ribuan masa Relawan “Projo” di Jakarta belum lama ini yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan Gibran (Walikota Solo) serta calon Presiden Prabowo dan pimpinan partai-partai koalisi ”Indonesia Maju.”

Sebelumnya, setelah Pemilu 2019 sejak lama Ketua Relawan “Projo” Immanuel Ebenneser hengkang dan kemudian menjadi Ketua Relawan “Prabowo Mania” untuk mendukung Calon Presiden Prabowo.

Posisi Presiden Jokowi di PDIP hanyalah sebagai Kader Partai saja karena tidak masuk dalam jajaran pengurus DPP PDIP, berbeda dengan Puan Maharani yang masuk menjadi orang kedua dalam susunan pengurus DPP setelah Megawati (Ketua Umum).

Juga anak-anak Presiden Jokowi yaitu Gibran dan Kaesang tidak masuk dalam jajaran pengurus DPP PDIP dan juga dalam jajaran pengurus PDI P di tingkat Provinsi (Jawa Tengah) dan daerah (Kota Surakarta) sehingga Gibran dan Kaesang hanya sebatas sebagai kader PDIP biasa saja.

Oleh karena itu Kaesang dengan mudah meninggalkan PDIP dan beralih menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang sebagian besar anggotanya dari kawula muda untuk menggantikan Ketua Umum PSI sebelumnya Grace Natalia.

Demikian juga dengan Gibran telah beralih mendukung Prabowo menjadi Presiden pada Pemilu 2024 dan bukan mendukung Ganjar Pranowo yang diajukan DPP PDIP. Akibat dukungan Presiden Jokowi maka Partai Golkar melalui koalisi Indonesia Maju mencalonkan Gibran untuk menjadi Calon Wakil Presiden, mendampingi Calon Presiden Prabowo pada Pemilu 2024 yang tinggal beberapa bulan lagi.

Calon Wakil Presiden Ada yang “Untung” dan “Buntung”

Calon Wakil Presiden yang digadang-gadang PDIP bersama koalisinya semula adalah Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB), Andika Perkasa (mantan Panglima TNI), Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan mantan Kader Partai Gerindra yang kemudian membelot ke Partai PPP, Erik Tohir (Menteri BUMN). Semula Muhaimin berkoalisi dengan Calon Presiden Prabowo, namun kemudian hengkang dan mencalonkan diri menjadi Calon Wakil Presiden berpasangan dengan Calon Presiden dari Partai Koalisi Perubahan dan Kesatuan Anies Baswedan serta pada saat itu di Koalisi Perubahan sedang terjadi problem memuncak tentang siapa figur yang akan dicalonkan menjadi Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Calon Presiden Anies Baswedan.

Selanjutnya untuk Calon Wakil Presiden dari koalisi PDIP diputuskan oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati adalah Mahfud MD yang semula tidak masuk dalam bursa calon Wakil Presiden sehingga calon unggulan Wakil Presiden Sandiaga Uno, Andhika Perkasa, Erick Tohir, dan lainnya harus tersingkir.

Mahfud MD kali ini bernasib mujur karena pada Pemilu  2019 tokoh dari NU dan kini Menteri Koordinator Polhukam ini gagal menjadi calon Wakil Presiden untuk mendampingi calon Presiden Jokowi karena pada saat terakhir yang dicalonkan oleh Ketua Umum PDIP Megawati adalah tokoh NU lainnya yang juga Ketua MUI KH Ma’ruf Amin.

Namun kali ini masyarakat menilai Mahfud MD kurang tepat dicalonkan menjadi Wakil Presiden karena jejak perjalanan karirnya di pemerintahan, Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan lebih banyak (mumpuni) daripada Calon Presiden Ganjar Pranowo sehingga yang seharusnya menjadi Calon Presiden adalah Mahfud MD dan Ganjar Pranowo seharusnya lebih tepat menjadi calon Wakil Presiden.

Demikian juga dengan terpilihnya Mahfud MD menjadi calon Wakil Presiden maka calon Wakil Presiden lainnya yang berambisi menjadi calon Wakil Presiden  gagal. Sandiaga Uno berambisi menjadi calon Wakil Presiden sehingga meninggalkan partainya semula (Gerindra)  karena Sandiaga Uno tidak dicalonkan lagi melalui Partai Gerindra menjadi calon Wakil Presiden mendampingi calon Presiden Prabowo pada Pemilu 2024.

Saat Sandiaga Uno masuk PPP dan dicalonkan oleh PPP menjadi calon Wakil Presiden tapi ternyata keputusan terakhir Megawati yang memimpin koalisi menetapkan calon Wakil Presiden adalah Mahfud MD.

Demikian juga dengan bakal calon Wakil Presiden untuk mendampingi calon Presiden Prabowo yang semula diusung oleh Partai Koalisi Indonesia Maju sebanyak empat orang tapi ternyata keputusan terakhir Koalisi Indonesia Maju (8 Partai ) tidak satupun terpilih. Malah  yang terpilih calon Wakil Presiden untuk mendampingi calon Presiden Prabowo adalah Gibran Rakabuming.

Gibran dicalonkan menjadi Wakil Presiden diperkirakan karena faktor kedekatan persahabatan yang erat (kental) selama ini antara Calon Presiden Prabowo dengan Gibran dan Jokowi. Juga untuk mendulang suara di Pemilu 2024 karena sebagian suara pemilih (50% lebih) berasal dari Generasi Muda  di Indonesia.

 

*Penulis  Pemerhati Pemilu Presiden /Wakil Presiden Indonesia, tinggal di

Aceh/ Medan

 

Leave a Response