Oleh Ridhazia
Ada-ada saja yang menganggap kalau partai-partai politik agama di negeri ini tak lebih sebagai partai azimat. Keberadaannya untuk tolak bala ketika berkoalisi dengan parpol nasionalis yang berkuasa.
Tidak pernah bulat
Rupanya posisi partai Islam dalam setiap even pemilu seperti itu sudah menjadi keharusan sejarah. Ketika Partai Masyumi satu-satunya partai islam yang kuat, justru terbelah menjelang pemilu 1955.
Tidak berhenti disitu, kontruksi baru partai partai Islam kembali disatukan pada era Orde Baru bernama PPP tak pernah kompak. Endingnya bubar pada era reformasi.
Kontruksi politik nasional-relijius yakni koalisi parpol nasional dengan partai Islam menguatkan prediksi lagi-lagi partai agama pada pemilu 2024 sebagai azimat penolak bala. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.