Oleh Ridhazia
Stigma itu atribut negatif terhadap suatu hal yang dianggap menyimpang dan tidak sesuai dengan kebiasaan.
Lazim stigma terbentuk karena interpretasi dan pendefinisian pengetahuan dan pemahaman terkait suatu hal yang dianggap negatif (negative attitudes ).
Stigma itu juga terbentuk karena kebiasaan membatasi pikiran terbuka atas suatu ide atau gagasan. Terutama terkait ekspektasi baru. Malah setiap perubahan itu diasumsikan menimbulkan rasa takut dan prasangka pada atribut tertentu yang pada gilirannya didiskriminasi.
Politik Stigma
Stigma tidak muncul dalam ruang hampa. Malah di dunia politik, stigma sepertinya stigma menjadi lorong gelap tanpa pintu ke luar.
Perhatikan saja belakangan ini, alih menawarkan politik gagasan dan mengedepankan identitas program sebagai pembeda antar bakal calon presiden, para pendukung kontestasi politik lima tahunan justru menggunakan politik stigma.
Para politisi terjebak dalam kampanye yang saling memburukan lawan politik dengan sindiran dan nyinyiran. Bahkan menerapkan politik sentimen yang menjatuhkan.
Publik yang nanti akan jadi target mengail dukungan justru dalam beberapa bulan terakhir menjelang kontestasi masih jauh dari kompetisi sehat dan moralitas tinggi. Publik masih belum merasakan diskursus program dan gagasan yang berorientasi memenuhi aspirasi yang dikehendaki rakyat. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.