Oleh Ridhazia
Indonesia tercatat sebagai negara akronim. Melebih negara lain di seluruh dunia.
Akronim adalah kependekan atau gabungan huruf, suku kata yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata sehingga lebih singkat dan mudah diingat.
Dalam aturan baku, jumlah suku kata akronim tidak boleh melebihi tiga suku kata. Dibuat seserasi mungkin antara kombinasi vokal dan konsonan sehingga enak dibaca dan didengar.
Tapi alih-alih jelas, malah sulit dimengerti dan dipahami. Terkadang pula menjadi kata-kata rahasia suatu entitas yang memunculkan makna baru yang sulit dipahami. Kecuali oleh entitas itu.
Ini sekadar contoh
Berikut sejumlah contoh akronim yang umum. Semisal TNI (Tentara Nasional Indonesia), Rudal ( peluru kendali), NASA (National Aeronautics and Space Administration), SMA (Sekolah Menengah Atas) UNICEF ( United Nations International Children’s Emergency Fund), Unpad (Universitas Padjadjaran), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
Tetapi banyak juga akronim yang populer yang disepakati menjadi singkatan yang tidak beraturan semisal BK (Bung Karno), SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), Jokowi (Joko Widodo), DKI (Dono, Kasino Indro), GM (Gunawan Muhammad),
Akronim yang lain tapi sangat lazim semisal terima kasih (trims), assalamualaikum (ass), wasallam (wass), ulangtahun (ultah), sakinah mawadah warohmah (smw), SMAN 1 (smansa), G 30 S (Gerakan 30 September).
Fenomena akronim menarik lainnya sekaligus menjadi bahasa gaul semisal Titi DJ (hati di jalan), HBD (Hidup Butuh Duit), YGY (ya guys ya), POV (point of view) NT (nice try)
YTTA (yang tau tau aja), BRB (be right back).
Juga ada akronim yang berasal bahasa asing. Semisal memo (memorandum), lab (laboratorium), resto (restoran), promo (promosi), seleb (selebritas), kafe (kafetaria), info (informasi), borju (borjuis), demo (demonstrasi), nego (negosiasi), matre (materialistis), konsen (konsentrasi).
Rahasia Militer
Kebiasaan berakronim bermula dan dipengaruhi oleh kebiasaan di dunia militer. Sebuah kata menjadi kunci kerahasiaan yang hanya bisa dimengerti oleh satu pihak saja. Kini malah lebih banyak akronim yang dibuat oleh entitas sipil.
Seperti Babinkum (Badan Pembinaan Hukum), Dirrenbangpuan (Direktur Perencanaan dan Pengembangan), Koramil (Komando Rayon Militer), Irjenad (Inspektorat Jenderal Angkatan Darat).
Jas Merah
Soenjono Dardjowidjojo dalam “Acronymic Patterns in Indonesian” (1975) menjelaskan, hobi akronim dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah lama terjadi. Semisal Jas Merah (Jangan Sesekali Melupakan Sejarah) dan Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Russel Jones dalam “Acronym in Bahasa Indonesia” (1974) sempat mencatat sampai tahun 1974 saja ada 27.000 akronim. Entah sekarang. Mungkin jutaan akronim baru. Saya belum menemukan jumlah yang akurat.
Mau menambahkan, silakan! *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.