PERNAHKAH Anda mendengar tentang gangguan cinta obsesif? Seperti namanya, gangguan cinta obsesif, atau obsessive love disorder, terjadi ketika seseorang terobsesi dengan satu orang yang dicintai. Obsesi yang dimaksud membuatnya merasa perlu melindungi orang yang dicintai secara obsesif, bahkan cenderung mengendalikan.
Meski hingga ini belum ada klasifikasi medis atau psikologis terpisah untuk gangguan cinta obsesif, kondisi ini seringkali menyertai jenis penyakit mental lainnya. Lantas, seperti apa tanda seseorang yang alami gangguan cinta obsesif? Ini ulasan selengkapnya!
Apa Saja Gejala Gangguan Cinta Obsesif?
Ada beberapa tanda atau gejala yang terlihat ketika seseorang mengalami gangguan cinta obsesif, yaitu:
- Merasa tertarik luar biasa pada orang yang dicintai.
- Memiliki pikiran obsesif tentang orang tersebut.
- Merasakan kebutuhan untuk “melindungi” orang yang dicintai.
- Memiliki pikiran dan sering melakukan tindakan posesif.
- Kecemburuan ekstrem saat orang yang dicintai berinteraksi dengan orang lain.
- Tingkat percaya diri yang rendah.
Pada beberapa kasus, gejalanya bisa memburuk di akhir hubungan atau jika orang menolak pengidap. Berikut ini beberapa tanda-tanda lain dari gangguan cinta obsesif yang bisa dikenali:
- Mengirim pesan, email, dan panggilan telepon berulang kali ke orang yang mereka minati.
- Kebutuhan konstan untuk diyakinkan.
- Kesulitan menjalin pertemanan atau mempertahankan kontak dengan anggota keluarga karena obsesi terhadap satu orang.
- Memantau tindakan orang yang disukai.
- Mengendalikan ke mana orang yang dicintai pergi dan aktivitas yang mereka lakukan.
Gangguan Cinta Obsesif Terkait dengan Penyakit Mental Lain
Penyebab dari gangguan cinta obsesif masih belum jelas hingga kini. Namun, gangguan ini kemungkinan besar terkait dengan penyakit mental lain, seperti:
- Gangguan Keterikatan
Gangguan ini merujuk pada orang-orang yang memiliki masalah keterikatan emosional, seperti kurangnya empati atau obsesi dengan orang lain. Gangguan ini umumnya berkembang selama masa kanak-kanak dari pengalaman negatif dengan orangtua atau pengasuhnya.
- Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan ini ditandai dengan masalah pada citra diri, ditambah dengan perubahan suasana hati yang parah. Gangguan kepribadian ambang dapat membuat pengidapnya menjadi sangat marah hingga sangat bahagia dalam hitungan menit atau jam. Episode cemas dan depresi juga terjadi. Saat mempertimbangkan gangguan cinta obsesif, gangguan kepribadian dapat menyebabkan peralihan antara cinta yang ekstrim untuk seseorang, menjadi sangat meremehkan.
- Kecemburuan Delusi
Berdasarkan delusi (peristiwa atau fakta yang diyakini benar), gangguan ini ditunjukkan oleh desakan pada hal-hal yang sudah terbukti palsu. Dalam hal gangguan cinta obsesif, kecemburuan delusi membuat pengidapnya percaya bahwa orang lain telah membalas perasaannya, bahkan jika mereka telah menjelaskan bahwa itu tidak benar.
- Erotomania
Gangguan ini merupakan persimpangan antara gangguan cinta delusi dan obsesif. Pada erotomania, seseorang yakin bahwa orang yang terkenal atau memiliki status sosial yang lebih tinggi jatuh cinta padanya. Penderita erotomania seringkali sulit bergaul dengan orang lain, dan cenderung suka menyendiri.
- Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)
Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah kombinasi dari pikiran obsesif dan ritual kompulsif. Gangguan ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. OCD juga membuat pengidapnya membutuhkan kepastian terus-menerus, yang akhirnya memengaruhi hubungan.
Itulah sedikit penjelasan mengenai gangguan cinta obsesif.**(Artikel di atas sudah ditinjau oleh: dr. Fadhli Rizal Makarim/Sumber: Halodoc/bnn/jit)