Catatan Media

Fenomena Journaling Pada Generasi Z

484views

MUNGKIN Anda pernah mendengar istilah journaling. Ya, istilah journaling ini sedang viral di kalangan generasi Z. Istilah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pengertian jurnal yang identik dengan dunia akademik.  Bagaimana fenomena journaling di kalangan generasi z, apakah berdampak positif (menguntungkan) atau malah merugikan (negatif).

Menyitas dari www.webmd.com yang dimaksud dengan journaling atau penjurnalan adalah tindakan menyimpan catatan pikiran, perasaan, wawasan pribadi, dan banyak lagi. Bisa ditulis, digambar, atau diketik. Itu bisa di atas kertas atau di komputer. Ini adalah cara sederhana dan murah untuk meningkatkan kesehatan mental.

Jika Anda merupakan generasi baby boomer (B) atau generasi X tentu kebiasaan menulis surat atau diari masih ingat. Cara menuliskannya pun masih manual, yakni menggunakan alat tulis dan kertas (buku). Namun ketika generasi milenial muncul kebisaan seperti ini sudah tergantikan dengan komputer (paperless). Dan kini generasi z sudah tidak menggunakan kedua media tersebut karena sudah langsung journaling dengan bantuan aplikasi AI (artificial intellegence).

Membicarakan fenomena journaling kita bisa mengaitkan perkembanga teknologi yang menyertainya, yakni perubahan teknologi di bidang komunikasi. Menurut Roger Fidler dalam bukunya “Mediamorfosis”, mediamorfosis adalah transformasi media komunikasi, yang biasanya disebabkan oleh kombinasi kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi dan teknologi.

Fidler berpendapat bahwa media tidak berkembang secara linier tetapi melalui proses metamorfosis. Media baru tidak menggantikan media lama tetapi berevolusi dari media lama. Misalnya, televisi tidak menggantikan radio tetapi berevolusi dari radio. Demikian pula, internet tidak menggantikan televisi tetapi berevolusi dari televisi.

Fidler juga berpendapat bahwa mediamorfosis tidak hanya terjadi dalam media tradisional tetapi juga dalam media digital. Misalnya, media sosial berevolusi dari media massa tradisional, seperti televisi dan radioFidler mengidentifikasi tiga faktor utama yang mendorong mediamorfosis. Pertama, kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan hiburan terus berkembang. Media baru muncul untuk memenuhi kebutuhan ini.

Kedua, tekanan persaingan dan politik. Persaingan antara perusahaan media mendorong mereka untuk berinovasi dan mengembangkan media baru. Tekanan politik juga dapat mendorong mediamorfosis, seperti ketika pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi atau mendorong penggunaan media tertentu.

Ketiga, inovasi dan teknologi. Inovasi dan teknologi baru memungkinkan pengembangan media baru. Misalnya, penemuan televisi memungkinkan pengembangan media televisi.

Mediamorfosis memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat. Media baru dapat mengubah cara kita berkomunikasi, belajar, dan hiburan. Mediamorfosis juga dapat berdampak pada ekonomi, politik, dan budaya.

Beberapa contoh mediamorfosis, diantaranya pergeseran dari media cetak ke media elektronik. Media cetak, seperti surat kabar dan majalah, mulai digantikan oleh media elektronik, seperti televisi dan internet. Pergeseran dari media tradisional ke media digital. Media tradisional, seperti televisi dan radio, mulai digantikan oleh media digital, seperti internet dan media sosial. Terakhir, pergeseran dari media massa ke media interaktif: Media massa, seperti televisi dan radio, mulai digantikan oleh media interaktif, seperti internet dan media sosial.

Manfaat Journaling

Journaling adalah cara yang sederhana dan murah untuk meningkatkan kesehatan mental. Jurnaling dapat membantu mengelola kecemasan, stres, dan depresi. Jurnaling juga dapat membantu meningkatkan pemahaman diri, meningkatkan kreativitas, dan meningkatkan kualitas hidup.

Jika generasi B dan X meluapkan kegelisahan, kecemasan, kecintaan, kebahagiaan, dan lainnya kasih menggunakan surat atau buku diari maka generasi Z sudah mengalami mediamorfosis juga, yakni dengan melakukan journaling.

Menurut sebuah studi, orang yang menulis jurnal memiliki tingkat kecemasan dan stres yang lebih rendah daripada orang yang tidak menulis jurnal. Jurnaling dapat membantu orang untuk memproses emosi mereka, mengidentifikasi pemicu stres, dan mengembangkan strategi koping untuk mengatasi stres.

Journaling juga dapat membantu meningkatkan pemahaman diri. Ketika Anda menulis tentang pikiran dan perasaan Anda, Anda dapat mulai memahami diri Anda sendiri dengan lebih baik. Jurnaling dapat membantu Anda untuk mengidentifikasi nilai-nilai, kekuatan, dan tujuan Anda.

Journaling juga dapat meningkatkan kreativitas. Ketika menulis tentang ide-ide Anda dapat mulai melihat dunia dengan cara yang baru. Jurnaling dapat membantu untuk mengembangkan kreativitas dalam bidang-bidang seperti menulis, seni, dan musik.

Journaling dapat dilakukan oleh siapa saja, dari segala usia dan latar belakang. Jurnaling tidak memiliki aturan yang ketat. Anda dapat menulis tentang apa pun yang Anda inginkan, dengan cara apa pun yang Anda inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa journaling ternyata tidak hanya dilakukan oleh genz tapi oleh semua kalangan.

Berikut adalah beberapa tips untuk memulai journaling. Pertama, pilihlah media jurnal yang Anda sukai. Anda dapat menggunakan buku jurnal, komputer, atau perangkat digital lainnya. Namun penulis menyarankan agar Anda melakukan journaling di media blog untuk efisiensi dan juga monetisasi.

Kedua, buatlah jadwal untuk menulis jurnal secara teratur. Anda dapat menulis jurnal setiap hari, beberapa kali seminggu, atau sesuai kebutuhan. Jika Anda sudah mempunyai blog pribadi tentunya lebih mudah.

Ketiga, jangan khawatir tentang tata bahasa atau ejaan. Fokuslah pada proses menulis dan ekspresi diri Anda. Anda sedang menulis untuk media Anda sendiri sehingga aturan penulisan tidak perlu menjadi beban.

Keuntungan Journaling pada Gen Z

Journaling di kalangan generasi Z mengacu pada kegiatan menyimpan catatan atau menulis dalam jurnal secara teratur. Generasi Z adalah kelompok orang yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga pertengahan 2000-an sehingga journaling bagi mereka biasanya dilakukan dalam bentuk digital atau menggunakan media sosial.

Beberapa bentuk journaling yang umum di kalangan generasi Z meliputi digital journaling, yakni generasi Z cenderung menggunakan perangkat digital, seperti laptop, smartphone, atau tablet, untuk menyimpan jurnal mereka. Mereka bisa menggunakan aplikasi khusus untuk membuat catatan pribadi, mengatur pemikiran, atau mencatat momen-momen berarti dalam hidup mereka.

Kedua, blogging, yakni banyak generasi Z yang suka berbagi pengalaman dan pemikiran mereka dengan orang lain melalui blog. Blog ini berfungsi sebagai bentuk journaling online di mana mereka menulis tentang perjalanan hidup, minat khusus, atau topik-topik yang menarik bagi mereka.

Ketiga, microblogging, yakni di era media sosial, generasi Z cenderung menggunakan platform seperti Twitter, Instagram, atau Tumblr untuk berbagi pemikiran singkat, foto, atau kutipan yang mencerminkan perasaan dan pengalaman mereka sehari-hari.

Keempat, bullet journaling, yakni gaya journaling yang lebih terstruktur dan populer di kalangan generasi Z. Bullet journaling melibatkan penggunaan simbol-simbol sederhana dan sistem penomoran untuk membantu mengatur informasi dalam jurnal. Orang bisa mencatat harian, tujuan, daftar tugas, pencapaian, dan lain-lain dalam bentuk yang terorganisir dan mudah diakses.

Kelima, art journaling, yaitu bagi mereka yang senang berekspresi secara visual, art journaling menjadi pilihan yang menarik. Mereka bisa menggunakan jurnal untuk menggambarkan pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka melalui seni, seperti menggambar, melukis, atau menciptakan kolase.

Dari berbagai jenis jurnaling tersebut dapat disimpulkan bahwa journaling di kalangan generasi Z memiliki banyak manfaat, termasuk membantu mengatasi stres, meningkatkan pemahaman diri, meningkatkan kreativitas, dan melacak perkembangan diri dari waktu ke waktu. Selain itu, journaling juga memberi kesempatan bagi generasi Z untuk berinteraksi dengan orang lain, berbagi pandangan mereka, dan membentuk komunitas yang berhubungan dengan minat dan tujuan yang sama.**

*Penulis pemimpin redaksi bandungpos-newsnetwork.com, mengajar di Fikom Unisba

Leave a Response