Catatan Media

Peran Kecerdasan Buatan (AI) dalam Kampanye Pemilu

225views

Oleh Askurifai Baksin

MENJELANG perhelatan Pemilu 2024 mendatang, pertarungan antarcalon kandidat presiden semakin ramai. Hampir setiap hari media massa plus media sosial tak pernah absen menginformasikan kegiatan ketiga bakal calon presiden. Pro kontra pun kerap mewarnai dinamika pemberitaan di media massa. Sementara media soal cenderung menampilkan info-info yang diangga viral dengan menangguk berabagai keuntungan, dari follower hina monetisasi.

Berkatian dengan perkembangan dunia digital, kecerdasan buatan (AI) kini telah merasuki berbagai aspek kehidupan kita, termasuk bisnis, sektor kesehatan, dan pendidikan. Tak terkecuali dalam beberapa tahun terakhir, AI juga telah mulai diterapkan dalam rangkaian kampanye jelang pemilu.

Apa yang dilakukan kalangan media massa dan media sosial bermuara pada istilah ‘komunikasi politik’. Dalam ilmu politik, istilah komunikasi politik relatif baru. Istilah tersebut mulai banyak disebut-sebut sejak terbitnya buku Gabriel A Almond yang amat berpengaruh di dalam buku The Politics of The Developing Areas pada tahun 1960. Almond berpendapat bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada di dalam sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk membandingkan berbagai sistem politik  dengan latar belakang budaya  yang berbeda. Arti penting sumbangan pikiran Almond terletak pada pandangannya bahwa semua sistem politik yang pernah ada di dunia ini— yang sekarang dan yang akan ada nanti mempunyai persamaan-persamaan yang mendasar,  yaitu adanya fungsi-fungsi yang sama yang dijalankan oleh semua sistem politik.

Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh setiap sistem politik, sebagaimana dikatakan oleh Almond,”All of the functions performed in the political system—political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication—are performed by means of communication.” (Maswadi Rauf: 1990)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada waktu keenam fungsi lainnya dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.(queengeegee.wordpress.com)

Kontribusi AI

AI memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam pelaksanaan kampanye pemilu dengan manfaat yang dapat dirasakan oleh para politisi dan tim kampanye. Pertama, meningkatkan komunikasi dengan pemilih. AI dapat berperan sentral dalam meningkatkan efektivitas komunikasi dengan pemilih dengan cara menganalisis data pemilih untuk memahami kebutuhan dan preferensi mereka. Merancang pesan kampanye yang lebih sesuai dengan pemilih dan menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk mencapai pemilih.

Sebagai contoh, AI mampu menganalisis data pemilih berdasarkan karakteristik demografis, lokasi, dan perilaku online mereka. Data ini kemudian bisa dimanfaatkan untuk merancang pesan kampanye yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pemilih. Selain itu, AI juga dapat menciptakan konten kampanye yang lebih menarik dan interaktif, seperti video, animasi, dan game.

Kedua, pengelolaan data pemilih yang efisien. AI juga mampu membantu para politisi dan tim kampanye dalam mengelola data pemilih dengan lebih efisien dengan cara mengotomatisasi proses pendataan pemilih. Melakukan analisis data pemilih yang cepat dan akurat dan mengidentifikasi pemilih yang berpotensi mendukung.

Contohnya, AI dapat digunakan untuk mengumpulkan data pemilih dari berbagai sumber, seperti daftar pemilih, media sosial, dan survei. Data ini kemudian dapat digunakan untuk melakukan analisis cepat dan akurat sehingga memudahkan pengidentifikasian pemilih yang berpotensi mendukung.

Ketiga, pengukuran efektivitas kampanye. AI juga memiliki peran dalam mengukur efektivitas kampanye dengan cara mengumpulkan data mengenai interaksi pemilih dengan kampanye. Menganalisis data untuk memahami perilaku pemilih dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.

Contoh konkretnya adalah AI dapat digunakan untuk melacak jumlah orang yang melihat iklan kampanye, berbagi konten kampanye, atau mendaftar sebagai relawan. Data ini kemudian bisa diolah untuk memahami perilaku pemilih dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.

Untuk itu ada berbagai  tantangan pemanfaatan AI dalam kampanye Pemilu. Walaupun AI menawarkan potensi manfaat yang besar tetap ada sejumlah tantangan yang harus diperhatikan saat mengaplikasikannya dalam kampanye pemilu. Tantangan-tantangan tersebut meliputi: pertama keamanan data. Data pemilih adalah informasi yang sensitif dan rentan disalahgunakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan keamanan penyimpanan data pemilih dan penggunaannya hanya untuk kepentingan kampanye.

Kedua, etika penggunaan AI. Meskipun AI memungkinkan penargetan pesan yang lebih personal kepada pemilih, penting untuk memastikan penggunaan AI yang etis yang tidak mengganggu privasi pemilih.

Ketiga, ketersediaan sumber daya. Penggunaan AI bisa membutuhkan investasi yang signifikan, yang bisa menjadi tantangan bagi kampanye dengan anggaran terbatas.

Dari pemaparan hal tersebut tampaknya AI memiliki potensi besar untuk membantu dalam pelaksanaan kampanye pemilu dengan memberikan berbagai manfaat. Namun, penting untuk mengakui dan mengatasi tantangan-tantangan yang terkait dengan pemanfaatan teknologi ini.*

Leave a Response