Kolom Sosial Politik

Sedang Paranoid POLITIK

226views

 

Oleh Ridhazia

Sebuah studi menduga perpolitikan di Tanah Air telah mengubah depresi publik menjadi paranoid. Perubahan itu akibat terlalu lama menderita akibat politik yang tak kunjung mensejahterakan.

Pendek kata, paranoid itu terjadi karena publik mulai mengalami ketidakseimbangan antara sensitivitas emosi atas akal sehatnya. Paranoid adalah keguncangan jiwa akibat tidak percaya kepada penguasa secara tidak realistis. Bahkan merasa dianiaya yang pada titik ekstrem dapat menjadi tanda penyakit jiwa. Ngamuk tak beralasan.

Rempang

Prasangka negatif ini mencapai puncaknya justru menjelang peralihan kekuasaan. Pesta demokrasi limatahunan telah memaksa publik memendam perasaan tidak diperhatikan. Ketimbang menjadi subyek politik, justru menjadi obyek politik.

Boleh jadi, pada giliran berikutnya menimbulkan ketegangan sosial baru akibat ketegangan yang tak kunjung mereda. Bukan sakedar protes dan demonstrasi juga konflik sebagaimana terjadi di Kepulauan Rempang.

Pasalnya, para politisi lebih sibuk urusan bagaimana memenangkan kontestasi presiden, bagaimana meraih suara terbanyak di DPR. Sepertinya pikiran dan perasaan elit kekuasaan ini sudah buntu. untuk sekadar bersimpati atau berempati pada korban sudah tak berenergi lagi.

Posisi terhormat sebagai penguasa dan wakil rakyat tidak lagi mampu memahami derita terdalam yaitu keadilan yang paling rasional. Setidaknya rakyat kebanyakan merasa nyaman di negeri sendiri. Merasa terlindungi oleh para wakilnya yang terhormat di DPR/MPR. *

* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial dan piskologi politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response