Oleh Ridhazia
Penduduk memilih bermotor jika harus mengurus keperluan apapun di Bandung. Inilah alternatif pilihan ke luar dari jebakan macet di kota kecil ini. Dengan kendaraan beroda dua perjalanan lebih cepat tiba di tempat tujuan dan kembali ke rumah sepulang kerja atau kegiatan lain.
Memilih berkendaraan pribadi memang nyaman juga aman. Tapi kegembiraan mengelilingi Bandung bisa jadi “neraka” sepanjang jalan aspal yang tak berujung kerena kemacetan di berpenduduk 2,5 juta jiwa ini sudah sangat parah.
Kota Komuter
Jika dulu dikenal sebagai Kota Kembang sejak seperempat abad lalu Bandung telah berubah menjadi kota komuter yang terparah di Asia Tenggara. Peringkat ke -14. Kemacetan dan mobilitas manusia di setiap ruas jalan melampaui kemacetan serupa di Jakarta.
Hasil Survei Komuter Bandung Raya kalau 7% dari 8,7 juta jiwa penduduk wilayah Bandung merupakan penduduk komuter. Pergi pulang yang berkegiatan bekerja di kota ini. Tak kecuali pendudukan pinggiran yang berbatasan dengan kota ini.
Jika ada asumsi kemacetan itu kelaziman di suatu kota. Tidak demikian dengan Bandung yang sudah di luar batas toleransi. Data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Bandung memiliki luas wilayah 167,67 km persegi dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan tidak terkendali. Termasuk migrasi dari daerah lain.
Sejak 2018 penduduk kota ini sudah menanjak angka pertambahan hingga 2,50 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk per tahun mencapai 0,47 persen dan tingkat kepadatan penduduk yang mencapai 14.932 jiwa/km persegi.
Dari total 2,50 juta jiwa sebanyak 1,11 juta orang bekerja dan 237,26 ribu orang bersekolah pada 2018. Gambaran ini menunjukkan sebanyak 53,7 persen penduduk Kota Bandung bermobilitas setiap hari dan setiap saat tanpa henti. Terlebih pada momen liburan.
Gambaran yang disinyalir menjadi salah satu penyebab kemacetan yang terjadi di Kota Bandung diperparah dengan laju pertambahan kendaraan bermotor. Tercatat 72 persen dari penduduk bermobilisasi menggunakan transportasi sepeda motor, sedangkan pengguna kendaraan umum hanya 12 persen.
Sedangkan jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung pada tahun yang sama sejumlah lebih 1.738.665 unit, sehingga rasio jumlah kendaraan terhadap populasi penduduk di Kota Bandung sebesar 3:5. Diperparah lagi ruas jalan di Kota Bandung yang dicatatkan tahun 2018 sepanjang 1.172,78 km hanya mengalami pertambahan sebesar 0,87 persen saja. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung.