Oleh Gol A Gong ( Duta Baca Indonesia)
Membakar buku Najwa, saya tidak habis pikir. Buku ini hanya tulisan ringan, sikap kritis dia sebagai wartawan terhadap negeri ini. Tidak berbahaya. Saya tentu tidak setuju dengan aksi tidak terpuji ini. Apalagi ketika ini dikaitkan dengan peristiwa celetukan Najwa terhadap Jokowi yang dianggapnya nebeng pesawat TNI.
Selama Safari Literasi Duta Baca Indonesia di daerah-daerah, saya terseok-seok mengikuti berita dari pusat. Kadang suka bias. Seperti petir, tiba-tiba saja ada teman mengirim video pembakaran buku Najwa Shihab (Catatan Najwa) lewat WA pada 28 Oktober pagi.
Saya amati, Videonya hanya beberapa detik, tayang di akun TikTok yang entah siapa. Tanpa pernyataan apa-apa. Hanya api yang meranggas di buku yang tinggal setengahnya. Kata istri saya, itu buzzer yang suka nyebar hoax.
Saya mencoba mengingat-ingat peristiwa yang telah lalu.
Saat saya melintas di UIN Ar-Raniry Aceh, 4-6 Oktober 2024 lalu, jadi teringat kisah tentang Nuruddin Ar-Raniry yang menjatuhkan fatwa bahwa seluruh buku karya penyair sufi Aceh & Hamzah Fansuri itu sesat. Itu abad 17.
Kemudian Lekra (1965-an) membakar segala sesuatu yang berbau kapitalisme. Setelah itu giliran buku-buku Pramoedya Ananta Toer. Bahkan pemerintah sendiri membakar buku-buku beraliran komunis.
Sejarah panjang pembakaran buku pernah terjadi di negeri ini. Beragam alasan, tapi biasanya merujuk ke satu ideologi.
Membakar buku Najwa, saya tidak habis pikir. Buku ini hanya tulisan ringan, sikap kritis dia sebagai wartawan terhadap negeri ini. Tidak berbahaya.
Saya tentu tidak setuju dengan aksi tidak terpuji ini. Apalagi ketika ini dikaitkan dengan peristiwa celetukan Najwa terhadap Jokowi yang dianggapnya nebeng pesawat TNI. Sangat konyol jika kemudian melebar ke pembakaran buku Najwa Shihab, yang mengajarkan hal-hal baik. Bukunya tidak akan membahayakan negeri yang kita cintai ini.
Saya tidak ingin ikut campur. Saya tidak menguasai permasalahannya dan juga tidak berada dilingkaran itu. Hanya saja, kepada semua orang di negeri ini, janganlah mempertontonkan sikap-sikap atau aksi yang mengagitasi. Kita sedang membaik, hendak terbang menuju Indonesia Emas 2045.
Itu saja sikap saya. Mari kita teruskan membaca dan menulis. Karena membaca itu sehat, menulis itu hebat ** Gol A Gong Duta Baca Indonesia Bertempat tinggal di Provinsi Banten Indonesia