Resensi

Ati Bachtiar Srikandi Fotografer Indonesia

577views

 

Dengan meletakkan matanya di belakang kamera, Ati bukan hanya memotret, melainkan menembus dunia yang dipandangnya, sampai kepada dimensi pengetahuan yang unik, otentik dan personal. Sebagaimana telah dimungkinkan oleh fotografi yang berkepribadian. Demikian Budayawan Seno Gumira Ajidarma mengulas buku baru karya Ati Bachtiar.

Berjumpa dengan fotografer perempuan Ambu Ati Bachtiar dan sang suami Kang Ray Bachtiar yang juga seorang fotografer senior sungguh mengasyikkan.  Obrolan selama dua  jam meluncur dengan penuh kehangatan.

Ati Bachtiar lahir di Bandung 20 Januari 1969 memiliki nama lahir R Ruh Hayati. Ati merupakan putri dari pasangan almarhumah Atit Wasilah Maulany dengan almarhum AH Widjajabrata seorang perwira TNI AD. Menyelesaikan pendidikan formal di Fakultas Sastra Program Studi Bahasa Perancis tahun 1995 di Universitas Padjadjaran Bandung. Menikah dengan fotografer senior Ray Bachtiar dan dikaruniai dua anak yakni Tubagus Raka dan Ratu Adina Bachtiar.

Ati terdaftar sebagai EOS Creator Indonesia, Certified Photographer di Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan asesor sertifikasi bidang fotografi.

Ati Bachtiar sedang menyelesaikan buku ke 3-nya “Melacak Jejak Telinga Panjang” Ati berupaya mewujudkan obsesinya atas panggilan Telinga Panjang untuk berpetualang ke pedalaman Kalimantan. Ati ingin mengabadikan secara lengkap pelaku “Telinga Panjang” terakhir yang tersisa dalam buku ketiganya. Buku “Melacak Jejak Telinga Panjang” menampung perjalanan dan rekaman fotografi tentang Nenek Telinga Panjang Kalimantan yang terangkum dalam etno fotografi Ati Bachtiar, pengalaman langsung menelusuri Jejak Nenek Telinga Panjang. Generasi terakhir 78 Nenek Telinga Panjang Kalimantan terdokumentasi sejumlah dengan angka kemerdekaan Indonesia yang ke 78 tahun.

Karya pertama Ati Bachtiar adalah sebuah buku etnografi “Telinga Panjang Mengungkap Yang Tersembunyi” yang terbit tahun 2016. Buku ini berisi 43 foto perempuan Dayak di Kalimantan yang masih memegang tradisi Telinga Panjang, serta 11 foto perempuan Dayak yang telinga panjangnya sudah dipotong dengan berbagai alasan dan cerita yang menggugah. Buku tersebut menggenapi bentuk semangat dan syukur Ati atas rahmat kasih Tuhan karena telah diberi nikmat kesembuhan sebagai penyintas kanker rahim sejak tahun 2015.

Buku kedua Ati Bachtiar “Jejak Langkah Telinga Panjang” dirilis tahun 2019, menampilkan 42 foto perempuan bertelinga panjang di pesisir Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara. Upaya Ati Bachtiar mendokumentasikan tradisi Telinga Panjang yang tersisa juga mendapat perhatian media.

Pada tahun 2022 Ati meraih penghargaan “CSR Indonesia Awards” kategori Pelestari Budaya. Beberapa kali meraih penghargaan fotografi bertema seni dan budaya Indonesia dari Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia.
~ Nominator International Garuda Photo Contest (2012-2013)
~ Duta Canon EOS M10 (2016)
~ Foto Favorite LENS Culture Street Fotografi Award (2017)
~ Srikandi Fotografi Indonesia versi Canon Indonesia (2016-2018)
~ Sajian Utama “Jati Diri Terakhir” Majalah National Geographic Indonesia edisi April 2021 (2021)
~ EOS Creator Indonesia- Canon Indonesia (2021-2023).

Perjumpaan dengan Ati Bachtiar diakhiri dengan obrolan ringan seputar dunia fotografi dan pemberian cinderamata berupa dua buah majalah jadul yaitu Majalah Jakarta Jakarta dengan sampul wajah artis legendaris Ida Royani (JJ terbitan Februari 1994) dan caver Gladys Suwandhi (Maret 1994) yang foto-fotonya hasil bidikan kamera Kang Ray Bachtiar hampir 30 tahun silam.

Buku “Melacak Jejak Telinga Panjang” sebuah antropologi dan fotografi yang dituturkan oleh Ati Bachtiar akan segera terbit dan beredar diterbitkan oleh Art Photo Indonesia, Yayasan Art Photography of Indonesia. (Kin Sanubary)

Leave a Response