Asmara-Cinta

Alami Kekerasan dalam Pacaran, Mengapa Masih Ada yang Bertahan?

284views

KEKERASAN dalam pacaran alias abusive relationship, menjadi suatu hal yang cukup umum ditemukan. Orang-orang yang terjebak dalam situasi tersebut umumnya memaksakan diri untuk bertahan daripada berusaha meninggalkan alias move on. Apakah Anda termasuk orang yang tetap bertahan meski sering dicaci, dimaki, dan diperlakukan tidak semestinya dalam berpacaran? Jika ya, mungkin ada yang perlu dibenahi dengan sikap Anda.

Bertahan dalam Abusive Relationship, Apa Alasannya?

Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., salah satu alasan mengapa seseorang masih mau bertahan dalam abusive relationship adalah rasa cinta.

“Ada saja orang yang mungkin berpikir bahwa memukul atau memaki adalah cara pasangan untuk meluapkan emosinya. Sehingga, hal itu pun dimaklumi dan diterima dengan lapang dada. Saking cintanya, korban masih melihat sisi baik pelaku ketimbang sisi negatifnya. Rasa cinta yang terlalu dalam bisa menimbulkan rasa takut berlebih ketika harus putus atau ditinggalkan oleh pasangan. Karenanya, dirinya lebih rela diperlakukan semena-mena ketimbang ditinggal oleh pasangan,” kata Ikhsan Bella.

Selain karena cinta, ada pula faktor lain yang menjadi alasan bertahan pacaran meski tidak diperlakukan dengan semestinya. Faktor-faktor tersebut, antara lain:

  • Percaya Sudah Tidak Ada Jalan Keluar 

Sebagian orang yang masih bertahan dalam abusive relationship biasanya mengalami defisit motivasi kognitif, yang artinya menghalangi si korban untuk mencari bantuan dan informasi. “Hal itu membuat si korban kehilangan kontrol diri dan percaya bahwa tidak ada jalan keluar dari abusive relationship yang dialaminya,” jelas Ikhsan.

  • Merasa Pantas Dihukum 

Korban dalam abusive relationship mungkin merasa telah melakukan kesalahan yang fatal, sehingga dirinya pantas untuk mendapatkan hukuman tersebut. Ini mereka seakan pasrah apabila dipukul, dijambak, dibanting, atau diperlakukan tidak semestinya oleh pasangannya.

Ciri-ciri Abusive Relationship

Adapun beberapa tanda Anda telah terjebak atau masuk dalam abusive relationship, yaitu:

  • Adanya bentuk kekerasan secara fisik, verbal, seksual, dan emosional. Misalnya, Anda sering dipukul, dicaci maki, atau dipaksa untuk melakukan hubungan seksual.
  • Perselingkuhan juga dapat menjadi tanda Anda telah masuk dalam abusive relationship, apalagi jika korban perselingkuhan tetap tidak ingin meninggalkan pasangan yang telah menyakitinya.
  • Pasangan selalu membatasi aktivitas yang Anda lakukan sehari-hari. Misalnya, Anda tidak boleh menghabiskan waktu bersama teman ataupun keluarga.
  • Pasangan terlalu posesif dan melarang segala sesuatu yang membuatnya sensitif.
  • Menyalahkan orang lain atau diri Anda atas kesalahan yang diperbuatnya.
  • Selalu punya alasan untuk membela diri.
  • Mengintimidasi dan mendominasi pasangan.
  • Cemburu secara berlebih, seperti selalu mencurigai hubungan pertemanan dengan orang lain.

Kapan Perlu ke Psikolog saat Terjebak dalam Abusive Relationship

Faktanya, orang yang terjebak dalam abusive relationship bukan berarti mereka tidak sadar dengan kondisinya. Mereka sadar dan takut untuk kehilangan, karenanya justru bersikap ‘tutup mata’.

“Jika menyadari terjebak dalam abusive relationship namun tidak tahu bagaimana cara keluar dari kondisi tersebut, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dan meminta bantuan pada psikolog. Di saat Anda mengalami kekerasan (dipukul, dijambak, dan sebagainya), jangan ragu juga untuk berbicara dengan kerabat atau orangtua. Jika Anda merasa takut, Anda bisa bicarakan dengan tenaga profesional,” kata Ikhsan.

Ikhsan juga berpesan, jangan sampai rasa takut terus dipendam dan menguasai diri Anda. Semakin lama terjebak dalam abusive relationship, semakin lama juga Anda keluar dari hubungan tersebut. Kekerasan dalam pacaran adalah hal yang tidak bisa dibiarkan terjadi berkelanjutan. Jangan sampai terjebak dalam situasi tersebut, karena Anda justru menghancurkan diri sendiri tanpa disadari.**(Penulis: Tamara Anastasia/Sumber: KlikDokter/bp/jit)

 

 

 

Leave a Response