Bandung Raya

Sambut Dies Natalis ke-6, FPSD UPI Ramaikan dengan Kegiatan Menarik

285views

METRO BANDUNG, bandungpos.id – Dalam rangka menyambut Dies Natalis yang ke-6, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) menyelenggarakan’ Finder 6th’ yang dilaksanakan  Senin, (21/10), hingga Jum’at, (25/10), di Gedung FPSD (ATM Center).

Acara ini mengusung tema “Pusaka”, yang artinya warisan budaya. Dalam rangka memperkaya wawasan, acara ini juga menghadirkan tamu dari Jepang, yang berkolaborasi dalam serangkaian kegiatan. Sehingga kegiatan yang dirancang tidak hanya menampilkan budaya lokal tetapi juga melibatkan elemen-elemen budaya Jepang.

Terkait dengan pihak-pihak yang terlibat, acara ini bekerja sama dengan berbagai entitias seni, baik lokal maupun mancanegara. Diantaranya adalah Pusat Informasi Budaya Indonesia-Jepang serta fakultas seni rupa dan desain dari 7 universitas di Indonesia.

Adapun pada Kamis, (24/10), acara ini  memasuki hari yang ke-4. Terkait rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, Ketua pelaksana acara Tegar, memaparkan rinciannya.

“Yang pertama, kita mengadakan Visual Voice: Redefining Design as Value Creation and Digital Culture yang berlokasi di Auditorium lantai 7. Kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara desain dan nilai yang diciptakan dalam konteks budaya digital. Dikarenakan dalam era digital, desain tidak hanya berfungsi sebagai estetika tetapi juga sebagai alat strategis untuk meningkatkan engagement dengan pengguna,” jelas Tegar.

Kemudian, yang kedua adalah Ikebana Workshop. Workshop ini mengundang Ayano Suzuki (Ahli Ikebana), sebagai narasumber. Ikebana adalah seni merangkai bunga yang berasal dari Jepang, yang menekankan pada keindahan, keseimbangan, dan harmoni.

“Pada workshop ini, kami berkolaborasi dengan perwakilan dari Jepang. Yang mana peserta tidak hanya diajak untuk berdiskusi tetapi juga dapat belajar secara langsung mengenai teknik dasar dan filosofi di balik seni merangkai bunga ini,” lanjutnya.

Yang ketiga adalah Gelar Wicara: A Guide of Japanese Culture. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk menjelajahi berbagai aspek budaya Jepang, termasuk tradisi, seni, dan nilai-nilai sosial yang membentuk masyarakat Jepang.

Sedangkan, yang keempat adalah Shodo Workshop. Workshop ini mengundang Koichi Sakamoto (Kaligrafer Jepang), sebagai narasumber. Shodo adalah seni menulis tradisional Jepang yang menggunakan kuas dan tinta, yang di Indonesia sering disebut kaligrafi. Dalam praktiknya, Shodo bukan hanya sekadar menulis tetapi juga merupakan bentuk ekspresi diri dan mediasi spiritual.

“Melalui kolaborasi ini tentunya dapat memperluas wawasan kaligrafer lokal mengenai budaya luar  sehingga dapat menginspirasi inovasi dalam praktik seni mereka sendiri,” ujarnya.

Selanjutnya, acara ini juga melangsungkan dua seminar, yang pertama  Seminar: Metaverse and Asian Culture: Myth Sentinels as a Bridge Between Digital and Traditional Worlds dan Seminar: Animation Technology in the Gaming Industry.

Selain itu, acara ini juga menyelenggarakan pameran seni yang menampilkan berbagai karya, termasuk desain, poster, ilustrasi, dan fotografi. Karya-karya tersebut berasal dari Indonesia dan Jepang, baik dari mahasiswa maupun masyarakat umum.

Untuk memeriahkan acara, terdapat pula pertunjukan musik yang menampilkan musisi dari dalam kampus maupun luar kampus, termasuk dari Jepang. Tidak hanya itu, juga diadakan cosplay budaya antara Indonesia dan Jepang.

“Pada kesempatan ini (cosplay budaya), kami mengajak para peserta untuk mengeksplorasi karakter dari budaya tradisional dan pop culture Indonesia serta Jepang. Sesuai dengan tema yang diusung, yakni “Pusaka”, para peserta diberi pilihan untuk memerankan karakter autentik ataupun akulturasi dari kedua budaya antara Indonesia dan Jepang,” pungkasnya.

Acara ini berfungsi sebagai platform untuk melestarikan warisan budaya Indonesia. Diharapkan, melalui acara ini, nilai-nilai budaya yang kaya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang sehingga identitas dan sejarah bangsa tetap terjaga dan dihargai. Selain itu, acara ini juga diharapkan dapat memperdalam apresiasi terhadap warisan budaya mancanegara, serta menjadikannya sumber inspirasi untuk berkarya.(dimas/bnn)

Leave a Response