Oleh Grace Sita
Selama beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa telah menjadi sorotan utama. Dalam lingkungan akademis yang kompetitif dan dinamis, tekanan untuk berhasil dan mencapai standar tinggi seringkali dapat memberikan beban yang berat bagi kesehatan mental mahasiswa.
Mahasiswa sering kali dihadapkan pada jadwal yang padat, tugas-tugas yang menumpuk, dan harapan yang tinggi. Mempertahankan keseimbangan antara tugas akademis, kehidupan sosial, dan waktu istirahat menjadi tantangan. Strategi manajemen stres, seperti olahraga, meditasi, atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan, dapat membantu mengurangi tekanan yang dirasakan.
Dalam menghadapi tantangan akademis dan emosional, dukungan sosial memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa. Hubungan yang baik dengan teman, keluarga, atau bahkan konselor di perguruan tinggi dapat menjadi sumber dukungan yang penting dalam mengatasi kesulitan.
Penting bagi mahasiswa untuk memahami tanda-tanda masalah kesehatan mental seperti kecemasan berlebihan, depresi, atau stres yang kronis. Edukasi mengenai kesehatan mental dan kemampuan untuk mengidentifikasi gejala adalah langkah awal yang penting dalam penanganan dini.
Akses terhadap layanan kesehatan mental di perguruan tinggi tidak boleh diabaikan. Perguruan tinggi seharusnya menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses, termasuk konseling, dukungan psikologis, atau sumber daya lainnya untuk membantu mahasiswa yang membutuhkan.
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak besar terhadap kesehatan mental mahasiswa. Isolasi, perubahan pola hidup, dan kekhawatiran akan masa depan menjadi beban tambahan yang harus dihadapi. Dukungan ekstra dan adaptasi strategi untuk menjaga kesehatan mental menjadi krusial dalam menghadapi kondisi ini.
Kesehatan mental mahasiswa adalah aset penting yang harus dijaga dengan baik. Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, menyediakan akses terhadap layanan yang memadai, dan mendukung satu sama lain, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan bagi para mahasiswa.*
* Grace Sita, peminat masalah remaja dan kemahasiswaan, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pasundan Angkatan 2022, Kota Bandung, Jawa Barat.





