
Oleh: Ridhazia
Djamari Chaniago resmi menggantikan Budi Gunawan yang dicopot dari posisi Menko Polkam pada Senin (8/9/2025).
Tanpa diduga — atau memang didesain sebagai sensasi ala postmodernisme — seorang pensiunan jenderal yang dilantik ini pernah memecat Prabowo Subianto dari ABRI.
Saat itu ia menjadi Sekretaris Dewan Kehormatan Perwira (DKP) bersama Subagyo Hadisiswoyo, Fachrul Razi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agum Gumelar, Yusuf Kartanegara, dan Arie J Kumaat.
Tentara berbintang itulah yang memutuskan bahwa Prabowo terbukti terlibat dalam operasi penculikan sejumlah aktivis pada 1997-1998.
Kepentingan Abadi
Pelantikan ini seakan membuktikan adagium kuno bahwa dalam politik “tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi” masih bisa terjadi di negeri ini.
Publik sepertinya secara sengaja diajak untuk terkesima. Juga dipaksa untuk bisa memahami bahwa realitas yang didesain Istana itu sebagai “simulacra”.
Simularka mengacu pada pemikiran bahwa rasionalitas tidak lagi terikat pada kebenaran yang sesungguhnya.
Melainkan sebatas citra, simbol, atau model yang tanpa dasar referensi nyata, tetapi akan dianggap sebagai kenyataan itu sendiri.
Bahkan lebih nyata dari kenyataan (hiperrealitas) sehingga mengaburkan batas antara yang riil dan yang imajiner. Salinan tanpa asli.
Apa yang ditawarkan dan digagas istana adalah kebenaran?
Wallahu A’lam Bishawab. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.