MENURUT Beresfod Research, secara umum pengelompokan generasi dibagi menjadi 5, yakni Gen Z yang lahir tahun 1997-2012 dan berusia antara 9-24 tahun pada 2021, Gen Y atau Millennials kelahiran 1981-1996 dan berusia antara 25-40 tahun pada 2021, Gen X adalah kelahiran 1965-1980 dan berusia antara 41-56 tahun pada 2021, sementara Baby Boomers, yakni kelahiran 1946-1964 dan berusia antara 57-75 tahun pada 2021. Nah, generasi yang terbaru namanya Generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir antara tahun 2010-2011 hingga sekarang. Terdapat stereotip yang berkembang bahwa Millennials adalah generasi pemalas, Gen Z adalah sekumpulan anak muda yang tidak bisa lepas dari ponsel, dan Baby Boomer adalah orang-orang tua yang kolot dan sulit menerima perubahan.
Era digital telah membawa banyak perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Anak-anak saat ini tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan teknologi, mulai dari perangkat pintar hingga media sosial. Namun, seiring dengan manfaatnya, era digital juga membawa sejumlah tantangan yang dapat menyebabkan stres pada anak-anak generasi alpha.
Pada generasi alpha terjadi fenomena stress yang melanda mereka. Anda sebagai orangtua harus mampu mengelola stress yang terjadi pada generasi alpha. Di bawah ini ada beberapa tips untuk mengelola stress mereka.
Pertama, memahami tanda-tanda stress pada anak-anak. Langkah pertama dalam mengatasi stres anak dalam era digital adalah memahami tanda-tandanya. Beberapa tanda stres pada anak mungkin termasuk perubahan perilaku, seperti perubahan mood, penurunan minat dalam aktivitas yang biasanya mereka nikmati, atau reaksi fisik seperti sakit perut atau sakit kepala. Mengenali tanda-tanda ini adalah kunci untuk mengetahui apakah anak Anda sedang mengalami stress atau tidak.
Kedua, libatkan anak Anda dalam komunikasi terbuka. Komunikasi yang terbuka adalah kunci dalam membantu anak mengatasi stres. Ajak anak untuk berbicara tentang pengalaman mereka dengan teknologi dan media sosial. Dengarkan dengan cermat dan tanpa menghakimi. Ini akan membantu mereka merasa didengar dan didukung. Dengan cara ini anak punya saluran komunikasi sehingga tidak stress.
Ketiga, meskipun terbiasa menggunakan gajet tapi harus dibatasi. Saat mengelola stres anak dalam era digital, penting untuk membatasi waktu penggunaan teknologi. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat meningkatkan stres dan mengganggu tidur anak. Tetapkan aturan yang jelas tentang kapan dan berapa lama anak diperbolehkan menggunakan perangkat digital, dan pastikan untuk mengikuti aturan tersebut secara konsisten. Penjadwalan ini penting agar anak pun tidak terjerat dalam rutinitas teknologi tanpa terlihat dalam bidang lain.
Keempat, latihlah anak dalam mengelola waktu. Mengajarkan anak-anak keterampilan pengelolaan waktu yang baik dapat membantu mereka mengatur waktu mereka secara bijak antara aktivitas daring dan luring. Ajarkan mereka bagaimana membuat jadwal, mengidentifikasi prioritas, dan menghindari prokrastinasi agar hidup teratur dan mudah mencapai target-target.
Kelima, perlu literasi digital pada anak Anda. Penting untuk mengajarkan anak-anak etika digital, termasuk bagaimana berkomunikasi dengan baik secara online, menghormati privasi orang lain, dan menghindari perilaku online yang merugikan. Mengajarkan mereka untuk berpikir sebelum memposting atau berbicara di media sosial dapat membantu menghindari konflik dan stres yang tidak perlu.
Keenam, arahkan anak untuk bisa melakukan aktivitas di luar ruang. Mendorong anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas luar ruangan dan interaksi sosial dapat membantu mengurangi stres yang mungkin disebabkan oleh isolasi atau terlalu banyak waktu di depan layar. Aktivitas fisik dan bermain dengan teman-teman dapat membantu anak-anak merasa lebih bahagia dan lebih seimbang.
Terakhir, orangtua harus jaid teladan. Anak-anak seringkali meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan caregiver untuk menjadi contoh yang baik dalam penggunaan teknologi. Tunjukkan kepada anak Anda bagaimana menggunakan perangkat digital dengan bijak dan mengelola stres secara sehat. Jangan sampai anak tidak memiliki panutan, setidaknya orangtua harus menjadi panutannya.
Mengelola stres anak dalam era digital adalah tantangan yang penting dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. Dengan komunikasi terbuka, pembatasan waktu layar, pengajaran keterampilan pengelolaan waktu, dan penekanan pada aktivitas luar ruangan dan aktivitas sosial, kita dapat membantu anak-anak mengatasi stres mereka dan menjadi pengguna teknologi yang bijak. Ingatlah bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dan solusi yang tepat dapat bervariasi. Dengan perhatian dan dukungan yang tepat, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh dengan sehat dan bahagia dalam era digital yang terus berkembang. Dapat informasi penting dan bermanfaat di bandungpos.id (ask/bnn/berbagai sumber)