KOTA BANDUNG, bandungpos.id – Sebagai lembaga yang konsern mengembangkan metode pembelajaran, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung (Unisba) Sabtu (28/2) menggelar ‘Pelatihan dan Pemberdayaan Guru-Guru SDN 211 Babakan Priangan Kota Bandung’ di lantai 8 Gedung Dekanat Unisba Jalan Tamansari 26 Bandung.
Kegiatan yang diikuti belasan guru perwakilan dari SD 211 Babakan Priangan ini dilaksanakan dengan menggabungkan aspek teori dan praktik. Narasumber pada kegiatan tersebut Dr. Asep Dudi Suhardini (Wadek 1 FTK Unisba), Heru Pratikno, S.S, MA (dosen FTK Unisba), dan Askurifai Baksin, S.Sos, M.Si (dosen Fikom Unisba) yang membawakan tiga materi pokok.
Dalam paparannya Asep Dudi menjelaskan tentang Penguatan Karakter Siswa di Sekolah. Menurutnya, seorang siswa yang berinteraksi di sekolahnya akan mengalami beberapa perubahan, yakni perubahan perilaku kognitif, perubahan perilaku afektif, dan perubahan perilaku motorik. Perubahan perilaku kognitif berfokus pada pengembangan aspek kognitif yang dapat membentuk landasan kuat bagi karakter positif dan perkembangan holistik siswa. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara akademis tetapi juga memiliki nilai-nilai positif yang kokoh dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara perubahan perilaku afektif tidak hanya memengaruhi kehidupan siswa di lingkungan sekolah tetapi juga dapat membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari dan hubungan mereka di masyarakat. Dengan demikian, pendekatan penguatan karakter afektif memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada peningkatan prestasi akademis tetapi juga pada pengembangan keseimbangan emosional dan nilai-nilai positif pada siswa.
“Nah, untuk perubahan perilaku motorik menitikberatkan penguatan karakter siswa menciptakan hubungan antara pengembangan keterampilan fisik, kemandirian, dan nilai-nilai positif. Aktivitas fisik tidak hanya memberikan manfaat kesehatan fisik tetapi juga dapat menjadi alat efektif dalam membentuk karakter siswa secara holistik. Pendekatan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara perkembangan fisik, mental, dan emosional untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dalam kehidupan siswa,” jelas Wadek 1 ini.
Literasi Bahasa
Narasumber Heru Pratikno menyebutkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan bermakna (Chaer, 2003). Bahasa anak adalah sistem simbol lisan yang digunakan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain yang mengacu pada bahasa tertentu, seperti bahasa Indonesia, bahasa Sunda, atau bahasa Inggris.
Menurut Heru, proses berbahasa pada anak dilalui melalui tiga tahapan, yakni Pemerolehan, Produksi, dan Penggunaan. Anak-anak akan mendapatkan bahasa melalui teori genetika dan teori behaviorisme. Menurut teorika genetika seorang anak mampu berbahasa karena secara genetik diturunkan dari orangtuanya dan bergaul dengan lingkungan keluargnya. Bahasa anak berkembang dari wujud yang paling sederhana menuju ke wujud yang rumit. Dalam Al-Qur’an dijelaskan (yang artinya) “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (QS. Al-Baqarah: 31).
“Intinya bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam setiap aktivitas manusia. Kesantunan berbahasa dapat membentuk pengembangan kepribadian seseorang. Dengan begitu, pendidikan karakter dapat terwujud,” papar Heru.
Pada bagian akhir Askurifai Baksin yang selama ini bergelut di dunia Artificial Intelegence (kecerdasan buatan) membahas perihal integrasi AI dalam pembelajaran. Menurutnya teknologi AI yang mengandalkan algoritma mampu menciptakan dinamika dan interaktivitas media pembelajaran. Materi pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga siswa mampu memberikan umpan balik real-time, meningkatkan proses pembelajaran dengan hasil yang optimal.
Media pembelajaran yang terintegrasi dengan AI memiliki potensi memikat hati siswa melalui elemen interaktif, gamifikasi dan konten yang dipersonalisasi. Hal ini akan mendorong keterlibatan dan motivasi, AI dapat menciptakan hal yang lebih dinamis dan merangsang motivasi belajar di kalangan siswa SD.
Selain aspek teori tentang AI, Askurifai memberikan tip dan triks menggunakan enam aplikasi AI yang bisa dimanfaatkan untuk membuat bahan ajar berbasis AI, yakni weepik, rytr.me, chatGPT, canva, invideo,oi, dan d-did.ai.
Setelah peserta melaksanakan ishoma, mereka langsung mempraktikkan keenam aplikasi Ai dalam menyusun Modul Bahan Ajar untuk para siswanya.
Kegiatan pelatihan ditutup dengan presentasi para siswa setelah mencoba membuat Modul Bahan Ajar Berbasis AI. (ask/bnn).