Eko Puji Raharjo Siap Melanglang, Membawa Prestasi Savate ke Level Dunia
Bandung– Membawa 1 atlet dan pulang membawa 1 medali emas, tentu bukan prestasi sembarangan.
Ini jelas sangat membanggakan. Dan tak semua orang bisa melakukannya. Itulah yang dilakukan Eko Puji Raharjo saat memimpin tim Nasional Savate (Dibaca Savat) ke Kejuaraan Asia ke 3 di Dhaka, Bangladesh.
Eko kembali dipercaya membawa Timnas olahraga Savate ke kejuaraan Asia ke 4 di Taskhen, Usbekistan pada 4 hingga 9 Mei 2023 lalu dengan membawa 3 orang atlit. Dan yang paling anyar, Eko sukses menggelar kejuaraan Savate Tingkat Asia ke 5 beberapa waktu lalu di Bandung yang diikuti 10 negara Asia.
Olahraga Savate adalah olahraga yang pernah dipertandingkan di Olimpiade musim panas di Paris Perancis tahun 1924. Dan telah di pertandingan di kejuaraan “World Combat Games” tahun lalu di Riyadh – Saudi Arabia bersama dengan cabor lain seperti Judo, Taekwondo, Karate, Gulat, Muaythai, Wushu, Kickboxing, Sambo, dan Ju Jitsu. Eko optimis Savate akan menjadi cabor yang akan dipertandingkan di ajang Asian Games.
“Perlu saya jelaskan bahwa Savate dalam tahapan menjadi bagian dari Olympic Council Asia. Karena Savate sudah menjadi anggota Sport Accord dan GAISF,” tutur Wakil Ketua Umum Hapkido Jabar ini di Bandung.
Eko Puji Raharjo kini masuk jajaran Dewan Direktur Kempo Dunia dan sekarang menempati posisi Direktur Asia Tenggara di International Kempo Federation (IKF). Sementara di Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (PERKEMI) Jabar Eko menempati posisi sebagai Wakil Ketua Umum sekaligus founder National Federation Kempo Indonesia.
Menurut Eko, Federasi Savate Indonesia butuh dukungan pemerintah agar menjadi anggota Komite Olimpiade Nasional atau National Olimpiade Comitte (NOC) dan KONI sebagai bentuk pembinaan prestasi yang berjenjang.
“Saat ini Savate sudah mengajukan diri menjadi anggota NOC dan sudah melakukan audiensi dengan NOC yang saat itu diterima oleh Sekjen NOC Indonesia, Bapak Wijaya Noeradi serta dihadiri Presiden Savate Asia dari Iran Mr. Hamid Reza dan saya sendiri sebagai Ketua Umum Savate Indonesia,” tutur Sekretaris Umum Kick Boxing Indonesia (KBI) Jabar yang juga pengurus KONI Jabar Bidang Pembinaan Prestasi ini.
Akan halnya surat permohonan menjadi anggota KONI Pusat pun sudah dilayangkan. Menurutnya, permohonan menjadi anggota KONi Pusat adalah salah satu upaya untuk lebih mengembangkan pembinaan dan prestasi olahraga Savate di Indonesia.
Menurut mantan Sekretaris Umum Pengurus Besar Ju Jitsu Indonesia (PBJI) Jabar ini, Savate kini sudah berkembang di 6 Benua dan masuk ke Indonesia pada tahun 2020 saat pandemi Covid sedang melanda.
Sejauh ini – lanjut Eko, atlet Savate pertama dari Indonesia adalah Raka Natawijaya Raharja, peraih emas pertama di kejuaraan Asia.
“Tentu saja saya memberikan apresiasi kepada atlet Indonesia yang telah mengibarkan merah putih di ajang kejuaraan Savate ini. Dan tentunya perlu juga perhatian dan apresiasi dari pemerintah,” ujar Eko yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Indonesia Beladiri Amatir (IBA) Mix Martial Art (MMA) Jawa Barat.
Menurut Eko, pencipta Savate adalah duet Perancis Michael Casseux dan Charles Lecour. Savate dikenal juga sebagai Boxe Francaise.
“Savate merupakan ilmu bela diri yang berkembang di Prancis yang menggunakan tangan dan kaki. Savate mengkombinasikan tehnik tinju ala Barat dan beberapa tehnik tendangan yang mirip taekwondo,” jelas Eko.
Savate tidak menggunakan serangan lutut dan siku. Savate hanya menggunakan tendangan kaki dan pukulan.
Disebutkan Eko kata “Savate” dalam bahasa Prancis berarti “Sepatu Tua”.
Savate adalah ilmu bela diri yang memperbolehkan petarung-petarungnya menggunakan sepatu selama latihan, begitu juga saat bertanding.
“Petarung pria disebut savateur dan petarung wanita disebut savateuse. Jika diurutkan sejarahnya, Savate Modern berasal dari penggabungan pertarungan jalanan Prancis di awal Abad ke 19,” ungkap Eko yang juga menguasai ilmu beladiri Kempo dan Ju Jitsu ini.
Sekarang, bela diri Savate sudah dikenal di seluruh penjuru dunia. Mulai dari Australia hingga ke Amerika Serikat dan dari Finlandia hingga Britania Raya.
Savate Modern membagi kompetisi dalam tiga level, yaitu Assault, Pre-Combat, dan Combat.
“Assault menganjurkan fokus dalam tehnik dan melarang serangan secara berlebihan. Adapun Combat merupakan level paling intens, yang melarang petarung menggunakan pelindung apapun kecuali pelindung kemaluan dan gigi,” ujarnya.
Tidak seperti kebanyakan ilmu bela diri yang menggunakan sabuk untuk menandai level seseorang dalam bela diri tersebut, seperti: taekwondo, karate dan lain-lain.
Adapun untuk menandai level dalam savate adalah pergelangan sarung tinjunya pada saat berlatih.
Eko juga menyebutkan jenis tendangan yang ada di Savate. Yaitu Fouette (harafiah: cambuk) merupakan tendangan sorong/ memutar.
Tendangan ini menggunakan punggung kaki. Fouette dibagi tiga, yaitu: Atas (Figure), Tengah (Median), dan Bawah (Bas)“Ada juga Chasse merupakan tendangan samping atau depan yang menggunakan bantalan kaki.
Chasse Bas merupakan tendangan depan yang bertujuan menendang paha/kaki lawan lalu Chasse Italien merupakan tendangan depan yang bertujuan menendang kemaluan lawan,” papar Eko.
Selain itu juga ada tendangan Revers merupakan tendangan ke arah belakang. Revers dibagi tiga yaitu: Atas (Figure), Tengah (Median), dan Bawah (Bas). Coup de Pied Bas merupakan tendangan kearah bawah yang bertujuan mematahkan tulang kering.
Kemudian ada tendangan Revers merupakan tendangan ke arah belakang. Revers dibagi tiga yaitu: Atas (Figure), Tengah (Median), dan Bawah (Bas).
Coup de Pied Bas merupakan tendangan kearah bawah yang bertujuan mematahkan tulang kering dan Coup de Pied Bas de Frappe merupakan tendangan ke arah bawah yang bertujuan menyerang betis lawan.
Eko mengatakan, ada beberapa jenis pukulan. Diantaranya, Direct Bras Avant (pukulan lurus ke depan menggunakan tangan depan), Direct Bras Arrière (pukulan lurus ke depan menggunakan tangan belakang, Crochet (pukulan mengait ke samping) dan Uppercut (pukulan mengait ke atas). (den)