Keluarga

Dampak Perceraian Orangtua pada Anak

290views

Oleh: dr. Nadia Octavia

PERCERAIAN orangtua memang bisa memengaruhi banyak sisi dalam kehidupan rumah tangga. Beberapa waktu lalu tagar #savegempi marak di berbagai platform media sosial. Tagar tersebut menjadi trending usai publik mengetahui kabar artis Gisella Anastasia atau yang akrab disapa Gisel melayangkan gugatan cerai pada suaminya artis Gading Marten.

Publik ikut syok dan sedih atas berita mengejutkan dari pasangan yang selama itu selalu terlihat mesra di berbagai kesempatan. Pasalnya banyak orang membayangkan bagaimana nasib anak semata mayang Gisel dan Gading yakni Gempita Nora Marten atau Gempi, yang selama itu menjadi idola masyaraka,t karena wajah serta tingkahnya yang lucu dan menggemaskan. Terlepas dari kisah Gading, Gisel dan Gempi, perceraian memang bisa berdampak bagi anak.

Orangtua Bercerai, Bagaimana Nasib Anak?

Setelah perceraian, biasanya orangtua pun akan memikirkan banyak hal mulai dari pembagian hak asuh, biaya kehidupan anak, perasaan anak setelah orangtua bercerai dan banyak lagi. Tak hanya bagi kedua pasangan, anak pun bisa merasa stres – bahkan bisa mengarah pada depresi – setelah kedua orangtuanya bercerai. Meski demikian, bagaimana reaksi, dampak psikis dan proses adaptasinya, akan berbeda-beda pada setiap anak.

Menurut penelitian, anak akan mengalami “perjuangan psikis” dalam 1-2 tahun pertama setelah orangtua bercerai. Anak akan mengalami stres, marah, kecewa dan rasa tidak percaya diri. Namun sebagian anak ada yang bersikap tidak peduli dan kembali melakukan aktivitas rutinnya sehari hari. Namun anak-anak yang lain akan mengalami kesulitan untuk kembali “normal”, bahkan bisa mengalami stres sepanjang hidupnya.

Perceraian tentu saja akan menyebabkan dampak emosional bagi seluruh anggota keluarga. Khusus pada anak, kondisi ini dapat berubah menjadi mengerikan, membingungkan dan menimbulkan rasa frustasi.

Namun, situasi ini dapat berbeda-beda, pada setiap anak, tergantung pada usianya:

  • Pada anak usia dini, biasanya mereka akan merasa bingung ketika dihadapkan dengan situasi bahwa ia harus tinggal terpisah dengan salah satu orangtuanya. Ia akan bertanya-tanya mengapa ia perlu pergi ke rumah yang berbeda saat ingin bertemu ayah atau ibunya.
  • Anak juga dapat diliputi perasaan khawatir bahwa jika kedua orangtua berhenti mencintai satu sama lain. Muncul juga ketakutan bahwa suatu hari nanti ada juga kemungkinan orangtuanya akan berhenti mencintainya.
  • Anak usia sekolah dapat khawatir dan merasa bersalah saat orangtuanya bercerai. Anak akan merasa takut atau merasa, bahwa ia melakukan perilaku yang salah sehingga orangtuanya marah dan bercerai. Anak akan cenderung terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.
  • Pada anak remaja, biasanya anak akan berubah menjadi anak yang temperamental atau lebih sensitif. Anak akan merasa marah atas perceraian tersebut serta pengaruhnya pada kehidupan dirinya. Anak juga bisa saja menyalahkan salah satu orangtua atau bahkan membenci kedua orangtuanya.

Sikap anak dalam keseharian pun dapat berubah semisal anak menjadi temperamental, menjadi labil, lebih sensitif (mudah menangis atau bersedih), menjadi acuh tak acuh pada orang lain dan menjadi tertutup. Bahkan dikhawatirkan anak menjadi rentan terjerumus pergaulan yang negatif seperti mencoba obat-obatan terlarang.

Tentu saja dampak dari perceraian pun dapat berbeda-beda tergantung situasi dan kondisinya. Ada juga anak yang justru merasa lebih lega saat orangtua nya bercerai, karena itu berarti anak tidak perlu terus menerus mendengar pertengkaran kedua orangtua atau terus menerus melihat salah satu orangtuanya tersakiti.

Pada sebagian anak, dampak perceraian orangtua mereka dapat berlangsung seumur hidupnya. Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa perceraian orangtua dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada anak di kemudian hari. Kasus yang umum terjadi misalnya gangguan kesehatan mental, penyalahgunaan obat-obatan, depresi bahkan percobaan bunuh diri. Selain itu studi lain juga menyebutkan, bahwa perceraian orangtua bisa memengaruhi kehidupan anak saat dewasa dalam berbagai aspek mulai dari pendidikan, karier hingga rumah tangga.

Belajar dari #savegempi dan perpisahan Gading Marten dan Gisella Anastasia, perceraian orangtua tak hanya dapat berdampak bagi pasangan. Perceraian sebuah ikatan pernikahan bahkan bisa berdampak bagi anak di kemudian hari. Namun jika dalam sebuah ikatan pernikahan akhirnya terjadi perceraian sebagai solusi akhir dari masalah yang terjadi, anak tetap harus menjadi prioritas utama. Perceraian orangtua jangan sampai membuat anak menjadi pihak yang paling dirugikan.**(Sumber: KlikDokter/bp/jit)

 

 

Leave a Response