
Malik bin Dinar رحمه الله. Mereka banyak memberi peringatan tentang tiga dimensi waktu: hari kemarin, hari ini, dan hari esok.
Oleh Ustadz H, Cecep Aminudin
WAKTU-– yang sudah berlalu (kemarin / masa lalu), itu sudah tertutup, tidak akan kembali lagi. Yang tersisa hanyalah hisab dan penyesalan kalau diisi dengan kelalaian.
Kata Hasan al-Bashri: “Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka berkuranglah bagian dari dirimu.”
Maka sikap seorang mukmin: menjadikan masa lalu sebagai ibrah (pelajaran), bukan penyesalan yang berlebihan.
Waktu hari ini (sekarang), inilah modal hidup yang sebenarnya.
Amal hanya bisa dilakukan hari ini, bukan kemarin yang sudah lewat, bukan pula besok yang belum tentu datang.
Malik bin Dinar mengatakan: “Hari ini adalah untuk engkau beramal. Barang siapa yang menyia-nyiakan hari ini, maka ia telah menyia-nyiakan hidupnya.”
Karena itu Rasulullah ﷺ berpesan: “Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara … hidupmu sebelum matimu …” (HR. Hakim).
Waktu yang akan datang (esok / masa depan), tidak ada jaminan kita akan sampai ke hari esok. Yang kita punya hanyalah harapan (raja’) dan persiapan.
Orang beriman memandang hari esok sebagai kesempatan jika Allah masih memberinya umur, sehingga hari ini ia sudah bersiap.
Nabi ﷺ bersabda:
“Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Jadi ringkasnya: Kemarin = pelajaran. Hari ini = kesempatan emas untuk beramal. Besok = harapan, tapi belum tentu kita memilikinya. ** Penulis Bertempat Tinggal di Kadungora, Garut, Jawa Barat