
Oleh: Ridhazia
SENGKUNI tokoh antagonis di negeri pewayangan Jawa. Tepatnya dalam wiracarita Mahabharata.
Disebut antagonis karena kecerdasan dalam menghasut dan adu domba. Apalagi memfitnah. Pernyataan pun manipulatif. Licik dan penuh tipu muslihat itu.
Secara etimologis kata Sengkuni berasal dari kata bahasa Jawa kuno “sengker” yang berarti sulit atau rumit,
Tapi sumber lain menjelaskan kata Sengkuni berasal dari kata Sanskrit “shakuni” yang berarti burung yang merujuk pada kecerdikan dan kecerdasan dalam mencari celah.
Tokoh Demokrasi
Meskipun Sengkuni tokoh antagonis, keberadaannya sangat penting dalam alur cerita “demokrasi” ala Mahabharata.
Tanpa Sengkuni, konflik utama yang menjadi inti dari cerita epik ini mungkin tidak akan terjadi.
Sengkuni telah membentuk narasi besar kisah perang antara Pandawa dan Korawa memperebutkan takhta Hastinapura wiracarita besar India Kuno.
Sengkunisme
Istilah “sengkunisme” lantas digunakan dalam percakapan politik di Indonesia dengan identifikasi sejumlah tokoh yang berseberangan dengan penguasa.
Tolok ukurnya karena dia kerap menyatakan kritik atau sindiran yang dianggap memiliki karakteristik serupa dengan Sengkuni.
Ia dideskripiskan sebagai tokoh licik, manipulatif, dan oportunistis. Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan politik.*
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.



