Kolom Sosial Politik

Perang Asimetris

61views

Oleh: Ridhazia

PERANG Iran vs Israel itu perang asimetris. Disebut asimetris karena perang kedua negara ini bukan semata-mata adu kekuatan persenjataan dan jumlah prajurit. Juga perang kecerdasan diplomasi dan propaganda.

Pendek kata, perang asimetris dirancang untuk perang dalam waktu singkat, terselubung, tapi melumpuhkan. Dan, dampaknya lebih dahsyat.

Dalam perang asimetris tidak menunjukkan secara pasti siapa korban, siapa penyerang, dan siapa yang diserang.

Pemeran Pengganti

Dalam perang asimetris, perang proksi keniscayaan baru dalam membuahkan konflik antara dua kekuatan tanpa berhadapan langsung.

Melainkan menggunakan pihak negara lain yang menjadi sekutunya yang lazim disebut sebagai “pemain pengganti” untuk menghindari konfrontasi langsung. Tapi berpotensi perang banyak negara hingga perang dunia.

Diplomasi dan Embargo

Untuk melawan dan menundukkan musuh, pihak yang berseteru akan melakukan upaya lain.

Sebagai bentuk perang tak teratur, intelejen menjadi keharusan. Para kombatan musuh bukanlah pasukan militer reguler sebagaimana strategi adu kekuatan bersenjata konvensional.

Dalam perang asimetris mencakup perang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Salah satu yang paling populer dalam perang moderen antara lain pemberlakuan embargo persenjataan hingga embargo ekonomi sebagai sanksi dan tekanan politik.

Langkah diplomasi semisal lobby dan perdebatan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan yang digelar di Markas Besar PBB, New York.

Bahkan tidak mustahil mobilitas dukungan dari tokoh-tokoh karena kesamaan agama dan latar belakang ras, suku dan teritorial.

Kemungkinan lain langkah terorisme untuk menciptakan rasa takut dan kekacauan merupakan wujud perang asimetris.

Menggulingkan Rezim

Dalam konteks politik, perang asimetris sangat mungkin dilakukan dengan membunuh tokoh politik berpengaruh. Bahkan menggulingkan rezim yang berkuasa.

Propaganda media massa, disinformasi, serangan siber, dan mobilisasi politik oleh oposisi di dalam negeri keniscayaan dalam perang asimetris.*

* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response