
Ngopi Sewarung Episode Baduy
Keramat
“Halo, halo, iya mah,” jawab Suten.
Sang ibu sangat perhatian kepada Suten. Saking perhatiannya hingga terkesan sangat protektif. Kadang muncul pertanyaan dalam benak Suten, apakah ibu yang melahirkannya itu benar- benar sayang kepadanya, atau perhatian yang berlebihan yang diberikan selama ini semata-mata hanya agar ia tunduk patuh saja kepada ibu.
“KAMU– kapan pulang?. Cepetan pulang. Papa mu pengen ketemu,” kata Yanti di ujung telpon. Suaranya terdengar kencang. Yanti adalah ibu kandung Suten.
Suten terdiam beberapa saat setelah ibunya menelpon dan memintanya agar ia segera pulang ke Jakarta . Padahal ia masih ingin melanjutkan perjalanan ke beberapa perkampungan Baduy yang lain.
Sang ibu sangat perhatian kepada Suten. Saking perhatiannya hingga terkesan sangat protektif. Kadang muncul pertanyaan dalam benak Suten, apakah ibu yang melahirkannya itu benar- benar sayang kepadanya, atau perhatian yang berlebihan yang diberikan selama ini semata-mata hanya agar ia tunduk patuh saja kepada ibu.
Soalnya, seperti juga sikap sang ayah, Renaldi, Yanti tak setuju jika Suten terus menerus bekerja sebagai wartawan. Beberapa kali Suten dirayu supaya mengikuti jejak sang ayah, menjadi seorang pengusaha, memberi kesan seolah ibunya lebih berpihak kepada ayahnya. Itu sebabnya Suten sering merasa kurang nyaman jika berlama-lama berada di dalam rumah.
Namun begitu, bagi Suten ibu tetaplah seorang ibu yang harus ia hormati. Ia bersedia bersujud di bawah kaki ibunya dan mencuci kaki sang ibu, lalu meminum air bekas mencuci kaki ibu.
Ibu yang melahirkan bagi Suten adalah keramat. Do’a dan sumpah seorang ibu sangat bertuah. Ia tak berani membantah perintah ibu kecuali satu permintaan yang sulit ia penuhi, yakni berhenti menjadi seorang wartawan. Menjadi wartawan bagi Suten bukan sekedar sebuah profesi melainkan sebuah tugas hidup yang mulia yang jika dijalani dengan baik dan benar juga akan memiliki nilai “keramat.”
Get the feeling
Mr. Ten