Musik dan Budaya

Ngopi Sewarung Belajar dari Alam

Ngopi Sewarung  Belajar dari Alam

157views

Ngopi Sewarung

Belajar dari Alam

Orang Baduy gak boleh sekolah, haram hukumnya. Tapi wajib belajar,” jawab Mirsa sambil terus melangkahkan kaki di tepi sungai melewati tumpukan batu-batu besar.

“Haram bersekolah! Maksudnya bagaimana tuh?!” tanya Suten penasaran.

Sekolah sebagaimana dalam pengertian umum adalah belajar membaca dan menulis di ruang kelas seperti yang dilakukan oleh masyarakat luar. Bagi orang Baduy sekolah model begitu dianggapnya sesuatu yang kurang perlu, bahkan sebagian besar para tokoh adat melarangnya.

Belajar model sekolah, menurut Mirsa, bisa membuat orang Baduy lupa akan tugas hidupnya sebagai manusia pelestari, pelindung lingkungan, dan penjaga keseimbangan hubungan antara manusia dan alam.

Sekolah bisa membuat orang pintar dan merasa lebih pintar. Kalau sudah pintar biasanya suka minterin orang (ngakalin, berbohong, mark-up, menipu, buat rencana dan strategi jahat). Dan kalau sudah merasa lebih pintar biasanya akan sulit mengendalikan kepintaran (merusak alam, menaklukan alam, mengajak dan menciptakan perang, dll).

“Anak -anak Baduy dilarang sekolah tapi wajib belajar tiap hari di alam. Alam adalah pusat ilmu pengetahuan yang tak akan pernah habis,” kata Mirsa.

Mereka belajar secara tekun tentang nilai-nilai hidup Sunda-Wiwitan, tehnik bercocok tanam, cara memasak, membuat kue, mengenal jenis-jenis pohon, menenun dan menganyam, membuat rumah, pengobatan tradisional, berkesenian, memelihara dan melindungi hutan. Juga belajar membaca tanda -tanda alam, fungsi alam, mengolah tanah, manfaat tiap pohon, prilaku hewan, menjaga air, memelihara sungai, dll.

“Begitulah cara orang Baduy “bersekolah ” atau belajar. Semuanya mulai dan belajar dari alam kehidupan,” ujar Mirsa saat duduk di atas batu besar sambil melempar batu kecil ke aliran air Sungai Ciujung yang bening.

Get the feeling
Mr. Ten

Leave a Response