
Oleh Ridhazia
KLUB Red Sparks asal Korea Selatan sebenarnya ingin memperbarui kontrak, tetapi pemain bola voli kelas dunia Megawati Hangestri Pertiwi di luar dugaan ia lebih memilih hidup ingin bersama ibunda di Kediri, Jawa Timur.
Kembali ke Tanah Air dan melanjutkan profesinya di Korea Selatan yang dibayar mahal. Ia meninggalkan kemewahan dan popularitasnya untuk berdekatan dengan ibu kandungnya.
Sikap dan keputusan perempuan lajang ini mendapat pujian selangit.
Ibu dan Anak Perempuan.
Sejumlah studi psikologi mengungkap hubungan anak perempuan dengan ibunya selalu spesial ketimbang dengan ayahnya.
Katanya, jika ketika masa kecil anak perempuan sangat dekat dan mengidolakan sang ibu, justru giliran beranjak dewasa, hubungan keduanya justru tidak harmonis.
Psikolog Roni Cohen-Sandler dalam penelitiannya mengungkapkan keluhan utama anak perempuan atas ibunya terjadi karena sang ibu terlalu protektif.
Bahkan kehangatan keduanya terganggu karena dalam perspektif anak, ibu terlalu kritis. Bahkan menuntut menurut standar pengalaman dirinya.
Berbanding terbalik dari perspektif ibu. Ia memahami anak perempuannya selalu mengkhawatirkan. Kerap membuat pilihan dan keputusan yang tidak matang.
Terlebih lagi secara emosional dianggap anak gadisnya itu tidak punya waktu untuk dirinya yang sudah kian menua.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Julian De Silva mengakui hubungan yang cenderung buruk hanya sementara. Kemungkinan besar anak perempuan akan mulai berhenti memberontak terhadap ibunya setelah usia 30 atau setelah melahirkan anak pertama.
Peneliti menemukan, kecenderungan perubahan dimulai ketika sang anak perempuan mulai mengadopsi sikap serta selera yang sama seperti ibu kandungnya.
Diduga
Diduga hubungan ibu dengan anak gadisnya sebagai “keharusan” alam. Sangat berkaitan struktur otak dan sifat psikologis ibu yang diturunkan kepada anak kandungnya.
Juga faktor kemampuan sang ibu berubah dalam memahami anak perempuannya dan berusaha menjalin hubungan pertemanan sesama kaum Hawa. *
* Ridhazia, dosen semior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.