
Ini kisah terlahir dari masa lalu
Kisah raja di tanah leluhur
Di tanah negeri subur makmur
Kisah tentang seorang Prabu
Yang bertahta di Dayeuhluhur
Dialah putra Pucuk Umun
O, Prabu Geusan Ulun
Ini kisah sejarah berbau legenda
Tentang mitos berhias sasakala
Tentang Sang Prabu Sumedanglarang
Merajut cinta dengan Ratu Harisbaya
Cinta manis berbuah dendam dan perang
Hingga lakon terukir berhiaskan darah
O, berhiaskan darah
Teater Ahasveros 11 – Sastra Inggris 2023 Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (FISS Unpas) Bandung akan mempergelarkan drama musikal “Prahara Sumedanglarang”, Sabtu, 24 Mei 2025,
Sesi l : Jam 09.00-11.00 WIB Sesi II : Jam 13.00-15.00 WIB bertempat di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jl. Baranangsiang No. 1, Kosambi, Kota Bandung.
Drama musikal “Prahara Sumedanglarang” yang disutradarai oleh Rosyid E. Abby dan Ass. Sutradara Dado Tisna ini berusaha menyajikan sebuah pementasan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk memahami sejarah dan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya.
Dengan melibatkan puluhan pemain dan musisi yang berasal dari berbagai latar belakang, pementasan ini menggabungkan unsur teater, musik, dan tari dalam sebuah sajian yang harmonis dan penuh makna.
Drama musikal “Prahara Sumedanglarang” yang dikomandani Pimpinan Produksi Raihan Ali mengangkat kisah tentang masa-masa penting dalam sejarah, ketika sebuah kekuasaan lama mengalami masa transisi menuju era baru.
Cerita berfokus pada tokoh utama, Prabu Geusan Ulun, yang dihadapkan pada dilema antara tanggungjawab sebagai pemimpin dan perasaan pribadinya, terutama hubungannya dengan Ratu Harisbaya, yang kini berada dalam posisi yang rumit.
Cerita ini juga menghadirkan sosok-sosok penting seperti Jayaperkosa dan tiga saudaranya, para senapati kerajaan yang memiliki pandangan dan ambisi yang berbeda dalam menentukan masa depan kerajaan. Konflik yang terjadi tidak hanya bersifat politik, tetapi juga menyentuh aspek emosional dan hubungan antarpribadi, sehingga menimbulkan tragedi dan perubahan besar dalam sejarah.
Pementasan ini dirancang untuk memberikan pengalaman yang mendalam, mengajak penonton merenungkan nilai kepemimpinan, kesetiaan, dan konsekuensi dari ambisi yang melibatkan banyak pihak. Melalui drama musikal ini, diharapkan pemahaman tentang sejarah serta nilai-nilai kemanusiaan dapat tersampaikan dengan cara yang hidup dan menyentuh.
Di sisi lain, empat patih dan senapati legendaris, yang disebut Opat Kandaga Lante, menjadi pilar pertahanan Kerajaan Sumedanglarang. Keteguhan mereka diuji bukan hanya oleh serangan fisik dari Cirebon, tetapi juga oleh pergolakan batin, pengkhianatan, dan harapan yang tak kunjung padam untuk menghidupkan kembali kejayaan Sunda. Pohon hanjuang yang tumbuh di alun-alun Kutamaya menjadi simbol kesetiaan, tanda hidup dan matinya Jayaperkosa sang senapati utama. Di antara cinta, dendam, dan pengorbanan, sejarah kembali ditulis di tanah Dayeuhluhur.
Tim Produksi.
Naskah & Sutradara : Rosyid E. Abby. Asisten Sutradara : Dado Tisna. Man
In Charge: Erik Rusmana, S.S., M.Hum.
Stage Manager: Dado Tisna. Penata Laga &
Artistik: Dadan “Darto” Ramdhani.
Penata Musik:
Farhan Venyol
Pemusik: Rasyid Percussion, Raden Silfa,
Farhan Venyol, Naufal Hafiz.
Koreografer: Naila Noor Aliyyah, Suci Fitriani.
Penata Rias: Mariana Alfat Rizka.
Penata Lampu/Lighting: Ranna Beben.
Pimpinan Produksi: Raihan Ali Wardana. Sekretaris :
Layalia Mahmuda. Bendahara : Alisha Husna
Koordinator Latihan: Insan Rahma Az Zahra, Azka Alya Zetta.
Marketing Communication: Nadya Raita, ‘Aaqilah, Jessicka Elsa Annastasya. Publikasi dan Dokumentasi : M. Fadhil Adrikni M, Syifa Khaila, Kania Herawati. Penata Kostum: Farhani Danisha Az-Zahra, Nadia Aulia.
Konsumsi: Desty Putri Sopia R dan Irla Salsabila
Melalui pentas “Prahara Sumedanglarang” ini, diharapkan penonton dapat memahami bahwa sejarah tidak hanya hidup di buku pelajaran, tetapi juga bisa dihidupkan lewat panggung. Kisah cinta, perang, dan pengorbanan dalam naskah ini bukan hanya milik masa lalu, tetapi refleksi kehidupan manusia hari ini. (Kin Sanubary)