Kolom Sosial Politik

Catatan Akhir Tahun: EMPATI!

219views

 

Oleh Ridhazia

Berinteraksi dengan sebanyak-banyak orang di media sosial tidak lebih mudah ketimbang di kehidupan nyata.

Sebuah status tidak cukup untuk mengidentifikasi “orang itu baik” atau “orang itu buruk” hanya sebatas membaca narasi atau foto.

Empati!

Berempati menjadi saran praktis untuk terhindar dari penilaian subyektif. Yakni selalu berusaha mengadopsi sudut pandang orang lain.

Dalam studi psikologi sosial, berempati itu landasan kesopanan yang sejati untuk mencegah perilaku menyakitkan.

Sebagaimana dikatakan Jonathan Haidt kalau empati itu penangkal kebenaran. Sekaligus kualitas peradaban yang paling penting.

Empati kata Alfred Adler itu sederhana yakni melihat dengan mata orang lain, mendengarkan dengan telinga orang lain, dan merasakan dengan hati orang lain.

Hadiah Terbesar

Itu sebabnya, empati sering dipahami senagai hadiah terbesar dari manusia atas manusia lain, kata Meryl Streep.

Empati juga sebagai wujud pemahaman penuh hormat tentang apa yang dialami orang lain kata Marshall B. Rosenberg.

Bagi Gregory Boyle bahwa tidak ada kekuatan di dunia yang lebih mampu mengubah apa pun dari jalannya selain cinta dan empati.

Itulah catatan akhir tahun. *

* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response