Metro BandungResensi

Al Jabbar dan Kepemimpinan Inkusif

Islam dan juga berbagai agama/keyakinan lainnya mempunyai potensi yang besar untuk menjadikan umatnya sebagai pemeluk yang inklusif.

295views

 

Oleh Farhan Helmy ( Predisent Dilans Indonesia)

TEMPAT — ibadah seperti Mesjid bisa menjadi suatu contoh bagaimana kehidupan inklusif dipraktekkan dalam keseharian sekaligus menjadi pusat pencerahan bagi suatu gerakan untuk menyetarakan warga difabel.

Tentunya tidak sekedar menerapkan aturan yang sudah dikukuhkan dalam UU 8/16 tentang penyandang disabilitas, namun lebih jauh Mesjid juga berfungsi sebagai wadah pertukaran gagasan dalam mewujudkan praktik yang tidak diskriminatif sekaligus mendorong kolaborasi yang progresif untuk mewujudkannya.

Itulah kira-kira beberapa pandangan yang disampaikan Presiden DILANS Indonesia Farhan Helmy pada dialog kepemimpinan inklusif pada acara tahunan Disability Fun and Fair (DFF) 2024 yang diselenggarakan di Mesjid Raya Al Jabbar, 28 Desember lalu.

Tidak hanya organisasi penyandang disabilitas tetapi berbagai organisasi, komunitas, dan individu untuk menjadi bagian dari gerakan untuk mempromosikan gagasan kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI).

Perubahan perilaku sistemik dan melembaga adalah sasarannya. Upaya tersebut tidak hanya digantungkan pada pemerintah dan korporasi tetapi komunitas yang serius mengekspresikan, dan menggali berbagai gagasan dan aksi kolaboratif. Tidak hanya “pemimpin” yang berpihak, namun lebih jauh “kepemimpinan” dari organisasi dan komunitas yang konsisten memperjuangkannya. Berjuang untuk menghapus diskriminasi aksesibilitas dalam bentuk apapun, serta menjadikan ruang di luar tempat ibadah sebagai ladang untuk pembuktiannya.

“Inklusi sosial harus diperjuangkan dan dibangun dengan semangat berbagi dan empati. Sumberdaya yang masif adalah kuncinya”, ujar Farhan.

Darimana mulainya? Kita harus memulainya secara bersama-sama, dan bukan sendirii-sendiri karena kita menghadapi persoalan struktural yang melekat dalam pendidikan, ekonomi, budaya bahkan politik. Skema mobilisasi sumber daya harus terus didorong dan digali, misalnya skema filantropis yang terfokus pada produktivitas dan inovasi.

Islam dan juga berbagai agama/keyakinan lainnya mempunyai potensi yang besar untuk menjadikan umatnya sebagai pemeluk yang inklusif.

Leave a Response