Disabilitas

Bandung Spirit Warisan Dunia dan Kota Inklusif

BANDUNG SPIRIT, WARISAN DUNIA, DAN KOTA INKLUSIF

153views
KOTA BANDUNG, BANDUNGPOS–Bandung Spirit yang melekat pada Dasa Sila Bandung yang dideklarasikan pada Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 sangat relevan dengan situasi kekinian. Dimasa lalu kolonialisasi dalam bentuk okupasi kawasan yang disertai pengendalian ekonomi, politik, dan budaya dalam berbagai bentuk masih berlangsung hingga kini.
Teknologi komunikasi dan informasi telah mempercepat proses interaksi dan pengaruh pada skala yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Tiga hari lalu, Presiden DILANSIndonesia Farhan Helmy, hadir langsung pada dialog, “Menuju Jejak Tinggalan KAA sebagai Warisan Dunia” yang difasilitasi Dinas Kebudayaan dan Parawisata (Disbudpar) Kota Bandung di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) menghadirkan pakar dan praktisi mumpuni dalam perancangan kota dan cagar budaya: Yunus Arbi, Rina Priyani, Ade Tinamei, dan Punto Wijayanto.
DILANS Indonesia mendukung gagasan penjajakan usulan pencalonan Bandung Spirit dan situs-situs terkaitnya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, namun dengan catatan. Bukan sekedar pengakuan masa lalu, tetapi jalan tranformasi pembangunan kota-kota AA yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Pada tahun 1955, KAA diwakili 29 negara dengan total penduduk 1,3 miliar orang. Saat ini dihuni hampir 4 miliar, hampir setengah dari populasi global, sekitar 1.1 Milyar warga disabilitas dan lansia (DILANS). Jalan sejarah yang ditempuh beragam. Ada yang bangkit sebagai kekuatan global, sementara yang lainnya berkonflik dan mengalami krisis kemanusiaan. Karenanya solidaritas dan martabat dekolonial masih sangat penting dalam konteks kekinian.
Dengan 2,7 juta penduduk, Bandung menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang serius: ketidaksetaraan, degradasi lingkungan, dan tata kelola yang terfragmentasi. Pengakuan warisan budaya, jika dilakukan dengan penuh komitmen serta melibatkan warganya, akan menjadi katalisator untuk menata kembali kota yang didasari nilai-nilai Bandung Spirit.
Kota yang benar-benar inklusif tidak diukur dari monumennya, tetapi dari bagaimana ruang publik, kebijakan, dan layanannya mencakup diantaranya warga DILANS yang seringkali diabaikan. **(Release/BNN)

Leave a Response