Kolom Sosial Politik

OH GENOSIDA! Seabad Konflik Brutal Israel-Palestina

111views

Oleh: Ridhazia

Berdasarkan hukum internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) menyatakan Israel melakukan genosida di Jalur Gaza, Palestina.

Negara Yahudi itu secara sistematis menghancurkan suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama di Palestina selama konflik bersenjata selama hampir 100 tahun.

Dalam catatan, Israel telah melancarkan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza pada 2008, 2012, 2014, 2021 dan 2024.

Konflik Seabad

Konflik dua negara bertetangga sebagai konflik militer dan politik terlama. Dimulai dari awal abad 19 hingga pada abad 21.

Tepatnya sejak 2 November 1917 ketika Inggris “mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina” yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour.

Deklarasi itulah yang memantik eskalasi politik di tanah bersejarah Palestina. Apalagi para militer Inggris dan pemukim Yahudi yang dipersenjatai memperluas perbatasan hingga menguasai 78%.

Atau hanya menyisakan 22% saja untuk penduduk Palestina sebelum seluruh mandat Inggris di Israel berakhir pada 14 Mei 1948.

Babak Baru

Kemerdekaan Israel pada 15 Mei 1948 menjadi permulaan babak baru konflik di kawasan Timur Tengah.

Selain yang lebih massif dengan persenjataan moderen, konflik melibatkan dunia internasional. Sejumlah negara bertetangga antara lain Lebanon, Suriah, Yordania dan Mesir terlibat kontak senjata dengan militer Israel.

Perang tahun 1967 yang dikenal sebagai “Perang 6 Hari” alih-alih meredakan peperangan, memastikan Israel kembali menduduki sisa wilayah bersejarah Palestina paling strategis.

Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir dikuasai Israel.

PLO

Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebuah konfederasi multi partai bentukan tahun 1964 yanh sedianya menjadi representasi perjuangan rakyat Palestina, ternyata menjadi pembuka konflik antar faksi politik di internal organisasi ini.

Fatah yang berdiri tahun 1958 menjadi faksi terbesar dalam PLO harus menelan pil pahit ditinggalkan koalisi perjuangaan di meja perundingan.

Bahkan sejak itu Fatah “bermusuhan” secara laten dengan pendatang baru Hamas yang menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007.

Gerakan Intifada

Intifada yang berarti perlawanan pertama kali meletus di Jalur Gaza dan Tepi Barat pada Desember 1987.

Mobilisasi kekuatan sipil sekaligus pembangkangan sipil, disertai pemogokan yang terorganisir dan kerja sama komunal yang paling keras di Tepi Barat menjadi perjuangan baru.

Bahkan menjadi keniscayaan politik yang memaksa penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993 dan pembentukan Otoritas Palestina (PA).

Genosida

Tahun 2024 kembali Jalur Gaza memanas. Kali ini disertai dengan taktik bumi hangus.

Kantong-kantong pengungsian dan rumah sakit dihancurkan. Tindakan brutal ini memicu tuduhan bahwa Israel melakukan genosida. *

  * Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response