Oleh: Ridhazia
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M (1929-2021) representasi akademisi urang Sunda yang menjadi pahlawan nasional yang ke-15.
Pengabdiannya sebagai menteri pada era Orde Baru menjadi salah satu alasan pria kelahiran Batavia tahun 1929 dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo tahun 2025.
Keturunan Wiradadaha
Dari pihak ayah, Mochtar Kusumaatmadja ternyata keturunan Wiradadaha, Bupati Sukapura pertama yang sekarang menjadi Kota/Kabupaten Tasikmalaya.
Wiradadaha tercatat dalam sejarah era kolonial sebagai Raden Tumenggung Wiradegdaha. Gelar yang diberikan Sultan Agung Mataram pada abad ke-16.
Sedangkan dari pihak ibu masih terikat dengan pendiri Pondok Pesantren Balerante Palimanan, Cirebon.
Dicopot Gelar Profesor
Pencopotan gelar profesor oleh Presiden Soekarno pernah dialami Mochtar Kusumaatmadja setelah menjadi dosen di FH Unpad Bandung, mantan Dekan Fakultas Hukum Unpad.
Pasalnya, ketajaman dan kecepatan berpikirnya, ditambah keberanian mengkritik Manifesto Politik Soekarno. Ia saat itu mengatakan “Nehru lebih berpengalaman dari Sukarno dalam soal politik luar negeri”. Dan, Soekarno disebut sebagai, “Sosialis musiman”.
Ayah Armida
Kecerdasan Mochtar Kusumaatmadja sebagai akademisi diturunkan kepada putrinya, yakni Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana, S.E., M.A.
Armida — sebelum menikah masih menambahkan asal-usul Kusumaatmadja di belakang namanya — pernah diposisikan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu II.
Tentara Pelajar
Mochtar semasa muda pernah menjadi Tentara Pelajar (TP) yakni unit militer dari pelajar dan mahasiswa yang ikut berjuang melawan penjajah. TP pada 1948 dimasukkan ke dalam Brigade 17 di bawah jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI). *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologfi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.
