
METRO BANDUNG, bandungpos.id – Masyarakat Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung, kembali menggelar Tradisi Syukuran Lembur Adat. Memasuki pelaksanaan ke-19 yang berlangsung pada Sabtu (13/12), kegiatan ini menjadi wahana mempertegas nilai-nilai budaya, mempererat kebersamaan warga, sekaligus menyuarakan pentingnya pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal.
Kegiatan yang digelar sejak pagi hingga sore hari tersebut dihadiri para tokoh adat, tokoh masyarakat, unsur pemerintah, serta warga dari berbagai RW. Rangkaian acara diawali dengan pementasan seni tradisional, kemudian dilanjutkan dengan ritual utama Syukuran Lembur sebagai simbol ungkapan rasa syukur atas keberkahan dan keselamatan yang dianugerahkan kepada masyarakat.
Ketua DPRD Jawa Barat, Buky Wibawa Karya Guna, dalam sambutannya menegaskan bahwa keberadaan tradisi adat memiliki peran strategis dalam menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dan alam. Menurutnya, nilai-nilai lokal yang tumbuh dan hidup di tengah masyarakat adat sejalan dengan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan.
“Syukuran Lembur mengajarkan manusia untuk hidup berdampingan secara selaras dengan alam. Alam bukan untuk dieksploitasi, melainkan dijaga dan dirawat bersama. Ketika masyarakat adat kuat, upaya perlindungan lingkungan pun akan semakin kokoh,” ujar Buky.
Ia juga menambahkan bahwa DPRD Jawa Barat terus mendorong kebijakan pembangunan yang berlandaskan kelestarian alam dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, termasuk komunitas adat.
Penasihat kegiatan, Trisna, menyampaikan bahwa Syukuran Lembur Adat menjadi momentum penting untuk mempererat persatuan dan menumbuhkan kembali semangat gotong royong di tengah warga.
“Kegiatan ini bukan hanya bersifat seremonial, tetapi menjadi ruang kebersamaan yang menghidupkan kembali nilai-nilai leluhur dan keharmonisan sosial,” tuturnya.
Sementara itu, praktisi sekaligus pemerhati pendidikan, Entang Rukman, S.Pd., menilai Syukuran Lembur memiliki nilai edukatif yang kuat, khususnya bagi generasi muda.
“Anak-anak belajar secara langsung tentang makna rasa syukur, kepedulian sosial, serta tanggung jawab dalam menjaga budaya dan lingkungan. Ini merupakan pendidikan karakter yang nyata di tengah masyarakat,” jelasnya.
Selain ritual adat, kegiatan juga diramaikan dengan bazar warga serta pertunjukan seni tradisional. Bazar tersebut menjadi sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat sekaligus media promosi berbagai produk lokal.
Salah seorang peserta bazar, Rummi, mengungkapkan rasa syukurnya dapat terlibat dalam kegiatan tersebut.
“Alhamdulillah, acara ini sangat membantu kami para pelaku usaha kecil. Dagangan jadi lebih dikenal dan suasananya pun terasa hangat dan kekeluargaan,” ungkapnya.
Hingga sore hari, seluruh rangkaian acara berlangsung tertib dan mendapat sambutan antusias dari warga. Melalui pelaksanaan Syukuran Lembur Adat ke-19 ini, masyarakat Pasanggrahan berharap nilai-nilai kearifan lokal terus terpelihara, kepedulian terhadap alam semakin meningkat, serta budaya Sunda tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang. (r mur/bnn)





