
Oleh: Ridhazia
ISTANA Kepresidenan mengembalikan kartu identitas liputan wartawan Istana milik jurnalis CNN Indonesia Diana Valencia, Senin (29/9).
Pengembalian dilakukan oleh Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden setelah sehari sebelumnya “disita” karena Istana tidak berkenan sang wartawan mengkonfirmasi masalah MBG .
Dalam pernyataannya, pihak Istana meminta maaf dan berjanji hal serupa terulang sekaligus menjadi pengalaman terakhir.
Abdi Dalem Sok Kuasa
Peristiwa yang potensial melawan kebebasan pers bisa saja ditafsirkan bahwa para “abdi dalem” Istana sok kuasa.
Sok kuasa merujuk pada sikap atau perilaku yang berlagak memiliki kekuasaan, padahal kenyataannya biasa-biasa.
Tindakan yang melampaui batas terhafao jurnalis alih-alih dianggap berpihak pada kekuasaan, bahkan merasa telah mewakili istana, malah tindakan justru menunjukan kebodohan.
Setidaknya, pejabat istana itu tidak mengetahui ada konstitusi dan undang-undang yang mengatur tentang kebebasan pers.
Kata Adler : Inferior!
Perilaku dilakukan “abdi dalem” kata psikolog Alfred Adler (1870-1937) sebagai kompleks superioritas (superiority complex) yakni keyakinan yang berlebihan padahal sesungguhnya inferior.
Ia merasa lebih unggul dari orang lain tapi senyatanya lemah. Sikap dan tindakannya sebagai mekanisme pertahanan untuk menutupi rasa rendah diri.
Seseorang dengan kondisi ini, berpotensi menjadi tipe pejabat yangsombong, meremehkan orang lain, dan merasa tindakannya atau keputusannya lebih baik dari yang lain.*
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.