
Oleh Kin Sanubary
SundaNews (23/02/2025). Bersyukur beberapa waktu yang lalu, penulis bisa bersilaturahim dan berjumpa dengan sesepuh pers Jawa Barat, H.Ahmad Saelan, mantan Pemimpin Redaksi Harian Umum Bandung Pos dan salah seorang pendiri Mingguan Hikmah. Sekarang masih aktif menulis opini di beberapa media cetak terbitan Bandung. Selama hampir 3 jam Kang Saelan berbagi kisah dan kenangan tentang perkembangan media cetak di Jawa Barat dan tanah air sejak era tahun 70-an hingga tahun 2.000 dan era digitalisasi.
Menurut Ahmad Saelan Bandung Pos gaya baru, terbit sejak 4 Desember 1989 dan menjadi surat kabar harian pertama di Indonesia yang terbit dalam bentuk tabloid. H Ahmad Saelan, merupakan seorang penggagas terbitnya Bandung Pos berbentuk tabloid. Tiras Bandung Pos dari 9 ribu exemplar menjadi 90.000 exemplar dalam waktu 3 bulan, peningkatannya mencapai 1000 %.
Seperti diketahui awal tahun 1990-an, beberapa media cetak yang beredar di daerah, khususnya surat khabar yang terbit di Bandung, tampil dengan wajah dan gaya baru. Seperti halnya Bandung Pos, Gala dan Mandala mereka menggandeng penerbitan pers dari Jakarta.
Wajah baru yang berkesan simpatik, bervisi tegar dan berwawasan luas. Penampilan baru, tertata apik, cantik dan menarik hadir mengakhiri era 80-an.
Salah satu media cetak yang hadir dengan wajah dan penampilan baru yaitu Bandung Pos yang terkenal dengan mottonya “Silih Asah-Silih Asih-Silih Asuh” bekerjasama dengan manajemen baru Grup Pikiran Rakyat Bandung.
H. Ahmad Saelan juga menyebutkan Bandung Pos dalam bentuk tabloid sasarannya adalah pembaca “kelas bawah”
Diterbitkannya Bandung Pos gaya baru terinspirasi oleh koran tabloid dunia yang terkenal seperti koran dari New York “New Daily News” (tirasnya 1,7 juta per hari), koran Jerman “Bild Zeitung” (20 halaman, tirasnya 4,5 juta/hari), koran Inggris terbitan London, Daily Mirror (20 halaman, 1.1 juta perhari).
Bandung Pos gaya baru, menjadi koran harian tabloid pertama di Indonesia yang bentuk, ukuran, lay out dan kontennya mirip sama dengan koran tabloid internasional itu.
Tabloid Bandung Pos terbit perdana 4 Desember 1989, koran Bandung Pos wajah baru terbit 24 halaman. Formatnya tabloid, ini surat kabar harian pertama di Indonesia yang terbit dalam bentuk tabloid.
Terutama di halaman 1 tata wajahnya kontras dan halaman muka tabloid itu isinya judul semua sedang beritanya adalah di halaman dalam. Pada awal penerbitannya judul-judul berita di halaman satu itu berukuran besar, dan
berwarna-warni mencolok, merah, kuning, biru.
Kalimat headline judulnya singkat dan meledak-ledak penuh sensasi, seperti:
~ 15 Rampok Kocar-kacir Dilawan Pedagang Asong
~ Tindak Tegas Hiburan Malam yang Menyimpang di Tangerang
~ Pelajar Indonesia Malu Bertanya
~ Lorenzo Ingin Lucu-lucuan Akhirnya Masuk Bui 5 Tahun
Di halaman 2 ada berita berjudul :
~ 7 Siswa SMPN 28 Ditodong Barang & Uangnya Digasak
~ Pembunuh Deden Goci Dituntut 8 Tahun
Koran Bandung Pos mempunyai sasaran untuk pembeli eceran dan untuk kelas “bawah”, karena itu tata muka koran tabloid ini kontras penuh judul-judul berukuran besar, berwarna-warni mencolok dan isi beritanya banyak “juicy bits” yakni tentang konflik, kriminalitas, hukum dan kejahatan.
Menurut Ahmad Saelan pada awalnya sepuluh karyawan Pikiran Rakyat “dipinjamkan” oleh PR dan dikerahkan untuk menerbitkan Bandung Pos gaya baru ini yakni Soeharmono Tjitrosoewarno (sebagai Wakil Pemimpin Umum), Syafik Umar (Pelaksana Pemimpin Perusahaan) Supriyadi (Manager Sirkulasi), H Tb Achyar (Manager Iklan) (Redaktur Pelaksana), Dedi Riskomar (Desk Editor Ekonomi) Muki Sala (Desk Editor Olahraga), Suyatna Anirun (Desk Kebudayaan), dan Imam Wahyudi (Desk Editor Hiburan) serta orang-orang dari Pikiran Rakyat.
Sedangkan pimpinan Bandung Pos adalah: HSA Jusacc (Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi), Soetjipto (Pemimpin Perusahaan), Moerniati ( Bagian Administrasi), Tatang Sukadi Karjamihardja (Redaktur Pelaksana), Eddy Djunaedi, Dudung Supriatna, Nanang Kusumah, Johnny Irwan, KS Kostaman, Deddy Gunadi (Redaktur).
Reaksi dan tanggapan masyarakat sejak terbitnya Tabloid Harian Bandung Pos sangat luar biasa. Para penjual koran mendadak marema sebab jualan Bandung Pos mendadak laku keras. Tiap malam puluhan orang agen/distributor koran berkumpul di depan kantor Bandung Pos di Jln Lodaya Bandung.
Mereka antri untuk mendapatkan jatah koran untuk dijual siang harinya. Tiras Bandung Pos yang semula hanya 9.000 exemplar perhari, mendadak melonjak tinggi. Dalam tempo tiga bulan (Desember 1989 sampai Maret 1990) tiras Bandung Pos melesat, dari 9.000 menjadi 90.000 eksemplar setiap hari, naik 10 kali lipat atau 1000%.
Pengiriman Bandung Pos ke Jakarta dan daerah-daerah lain yang pada hari-hari awal setiap pukul 24.00 WIB selalu dikirim oleh mobił Colt milik PR setelah dua-tiga bulan kemudian Tabloid Bandung Pos itu diangkut dengan mobil boks raksasa yang sengaja dibeli Bandung Pos khusus distribusi ke kota-kota di Jawa Barat dan Jakarta.
Dalam Tiga Bulan Oplah Naik 1000%
Peningkatan tiras Bandung Pos 1000% dari 9.000 exemplar dan November 1989 menjadi 90.000 exemplar dalam tempo hanya Latinya bertambah 30.000 eksemplar adaan bulan, benar-benar diluar biasa dan fenomal, la mengalahkan peningkatan tiras koran di mana pun di seluruh Indonesia. la malahan mengalahkan “ibu tiri” nya, Pikiran Rakyat yang baru bisa mencapai tiras 90.000 eksemplar itu pada tahun 1985 atau setelah 19 tahun PR didirikan tahun 1966.
Peningkatan tiras Bandung Pos yang luar biasa dalam waktu singkat itu bukan saja mengejutkan masyarakat umum, dan pers Indonesia tapi juga mengejutkan Menteri Penerangan Harmoko yang mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan pendiri/pemilik Pos Kota koran terbesar di Indonesia yang waktu itu beroplah 200.000 exemplar setiap hari.
Demikian sekilas kisah dan kenangan mengenai surat kabar Bandung Pos di era tabloid yang dikisahkan oleh H Ahmad Saelan mantan Pemimpin Redaksi Bandung Pos, 1989-1991 yang diceritakannya kepada penulis dalam suatu pertemuan di sebuah rumah makan ayam goreng miliknya di daerah Buah Batu, Kota Bandung.*
* Kin Sanubary, kolektor, pendiri dan pengelola Rumah Media Lawas, penerima Penghargaan PWI Jawa Barat 2023 bidang pelestarian media massa, bermukim di Kabupaten Subang, Jawa Barat.