
Bandung, BANDUNGPOS.iD – Gelaran PON Beladiri II/2025 yang digelar di Kudus 11-26 Oktober lalu membawa dampak signifikan bagi perkembangan prestasi atlet-atlet kota Bandung. Bagi ketua umum KONI Kota Bandung Nuryadi, event ini disambut gembira karena ada satu event yang bersifat nasional untuk kepentingan pembinaan.
“Artinya bagi atlet yang tidak bergabung di PON reguler 4 tahunan, PON Bela Diri menjadi moment terbaik dalam kegiatan multi event berskala nasional di rentang waktu 2 tahun sekali. Ini kegiatan yang mahal bagi atlet yang tidak ikut PON reguler tapi tampil di PON Bela Diri,” ujar Nuryadi pada acara Presscon Bela Diri di Aula KONI Kota Bandung, Rabu (5/11/2025).
Keuntungan bagi organisasi – lanjut Nuryadi, PON Bela diri sebagai pengembangan atau antisipasi disaat ada keterbatasan di PON reguler sehingga ada evaluasi plus persiapan menyongsong PON reguler.
“Bagi pelatih, ini ajang yang luar biasa untuk uji tanding. Bagi atlet, dengan seringnya digelar event, termasuk didalamnya PON Bela Diri, tentu akan semakin bagus untuk mengasah kemampuan dan menambah jam terbang bertanding,” ujar Nuryadi.
“Kita memiliki PON Bela Diri, PON Pantai, PON Indoor dan PON Remaja. Yang harus dicermati adalah soal pembagian waktu agar tidak berbenturan. Apalagi di Jabar punya Porprov, ada BK Porprov juga. Saya ambil contoh cabor pencak silat dimana kota Bandung tidak mengirimkan atletnya di PON Bela Diri, penyebabnya adalah hampir semua atlet terbaik kota Bandung di cabor pencak silat tampil di BK Porprov,” papar Nuryadi.
Nuryadi mengatakan, soal pengaturan jadwal harus benar-benar dikomunikasikan oleh KONI Pusat bersama KONI Daerah. Format multi event harus didisain sedemikian rupa karena melibatkan pemerintah daerah, swasta serta melibatkan banyak cabor dan atlet.
Pada PON Bela Diri Kudus posisi Jabar berada dibawah DKI Jakarta dengan perolehan 35 medali emas, 18 perak dan 38 perunggu. Sementara DKI berkalungkan 42 emas, 27 perak dan 30 perunggu. PON Bela Diri Kudus diikuti 38 provinsi dengan mempertandingkan 10 cabor diikuti 2702 atlet untuk bertanding di 224 nomor.
Kontingen Jabar berjumlah 210 orang, rinciannya 157 atlet, 46 pelatih dan 7 manager untuk tampil di 10 cabor. Adapun tim asal kota Bandung berjumlah 49 orang terdiri dari 38 atlet, 9 pelatih dan 2 manager untuk tampil di 8 cabor masing-masing taekwondo 9 atlet 3 pelatih. Tarung Derajat 8 atlet. Shrinji kempo 7 atlet 4 pelatih, sambo 6 atlet, gulat 3 atlet 2 pelatih 1 manajer, karate 3 atlet 1 manajer, judo 1 atlet, washu 1 atlet. Kota Bandung tidak ikut di cabor jujitsu dan pencak silat.
Kontribusi medali kota Bandung untuk Jabar di PON Bela Diri sebanyak 11 emas, 4 perak dan 6 perunggu Perolehan medali sebanyak itu diperoleh masing-masing dari taekwondo dengan 4 emas, 1 perunggu, sambo 2 emas, 1 perak dan 2 perunggu, gulat 2 emas, 1 perunggu, shoinji kempo 1 emas, 2 perak, wushu 1 emas, tarung derajat 1 emas 1 perunggu, judo 1 perak, dan karate 1 perunggu.
Ditempat yang sama Ketua Pengcab Taekwondo Kota Bandung Dedi Heryadi mengatakan, cukup puas dengan hasil yang diperoleh taekwondoin kota Bandung. Secara hasil taekwondoin kota Bogor lebih banyak perolehan medali emasnya dibanding taekwondoin kota Bandung. Kota Bogor memperoleh 5 emas sementara Kota Bandung 4 emas.
“Tapi itu hanya di nomor poomsae saja, nomor kyorugi nya tidak ada. Nah hal sekecil apapun kita akan mencari celah dan kesempatan untuk memperoleh banyak medali di nomor-nomor yang bukan andalan kota Bogor,” ujar Dedi.
Di nomor kyorugi PON Bela Diri, taekwondoin kota Bandung menyabet 2 emas, sementara kota Bogor nihil. Saat ini taekwondoin kota Bandung banyak yang tampil di Popnas. Hal ini sebagai perbandingan untuk mengimbagi kekuatan kota Bogor.
“Untuk mengimbangi di nomor pomsae, kita tetap mencari celah untuk menembus kekuatan mereka (kota Bogor) tentunya dengan pola latihan yang spartan. Intinya kita berharap ada kejutan di nomor Poomsae di arena Porprov tahun depan,” ungkap Dedi. (den)





