Musik & Budaya

Ngopi Sewarung : Komoditi dan Komunitas Kebohongan

Ngopi Sewarung : Komoditi dan Komunitas Kebohongan

28views

Komoditi dan Komunitas Kebohongan

KEBOHONGAN — semakin laku di ruang publik. Panggung-panggung besar tersedia untuk kapan saja aksi tampil menampilkan diri. Ruang televisi, medsos, jalanan, bahkan ruang sekolah memberi panggung bebas. Siaran televisi tiap hari menyediakan panggung pendek dan rating penontonnya semakin tinggi. Kebohongan sudah membentuk komunitasnya sendiri, sekaligus menjadi komoditas yang laku dijual. Para pemburu ijasah Pak Jokowi dan Gibran Raka Buming Raka makin sering tampil dengan konten -konten dokumenter, kebencian, dan fitnah. Semakin sering tampil dengan konten serupa, semakin banyak cuan mengalir, semakin banyak investor yang mendukung. Murid sebuah SMA dan orang tuanya yang melaporkan kepala sekolahnya secara berlebihan (bohong) karena tidak terima ditegur malah didukung oleh Gubernur,Wakil Gubernur serta oleh seluruh siswa sekolah. DPR RI yang berbohong soal penghapusan biaya izin rumah bagi anggotanya malah duduk santai dan tenang saja di kafe -cafe sambil menghisap cerutu dan menenggak wine. Alih-alih menghapus dana tunjangan perumahan malah menaikkan biaya reses. Tuntutan 17 plus yang dipersembahkan oleh para demonstran bulan Agustus lalu menguap tanpa bentuk. Politik tanpa kebenaran, politik berbohong (politic an-truth) rupanya mulai menghasilkan hasil dan akan laku di pasar pemilu kelak. Ada yang sengaja membiarkan mendokumentasikan terus mendapat panggung agar komunitas penganut dan pecinta petualangan semakin banyak terbentuk dan solid. Kebohongan (juga kebencian) kiranya harus terus dirawat dan dipelihara dengan kemasan dan bungkus yang lebih apik-elok. Pake bungkus dan label agama, tuhan, surga, pahala, aturan, rakyat, dan persatuan bangsa. Kelak jika waktunya sudah tiba bisa dikapitalisasi, dipanen dengan baik, panen yang diharapkan bisa menguntungkan secara finansial dan politik kekuasaan .

Dapatkan perasaan
Tuan Sepuluh

Leave a Response