Kolom Sosial Politik

Mencoba Tetap Waras di Tengah Rasa Cemas

92views

 

Oleh: Alinda Destiana

SETIAP  orang tua pasti memiliki harapan bagi anak-anaknya di masa depan. Tidak sedikit dari mereka menginginkan anak-anaknya memiliki jenjang karir serta kemandirian finansial melebihi kondisi orangtuanya. Dalam rangka mewujudkan harapannya, para orang tua tidak ragu memberikan perhatian lebih untuk pendidikan anak-anaknya.

Mulai dari pemilihan sekolah yang terbaik, memberikan fasilitas kursus tambahan akademik maupun non-akademik, bahkan tidak sedikit orang tua yang antusias mendaftarkan anaknya untuk mengikuti berbagai macam olimpiade. Tujuannya tidak lain, yaitu agar anak-anak mereka memiliki “bekal” untuk kehidupannya di masa mendatang.

Dibalik harapan yang tinggi ini, ternyata setiap orang tua menyimpan banyak kekhwatiran mengenai masa depan anak-anak mereka. Mulai dari kekhawatiran akan kesehatan anak, kekhawatiran akan keberlangsungan pendidikannya, bahkan saat ini beberapa orang tua sedang mengalami kekhawatiran apakah anak-anak mereka mampu bertahan dengan kondisi yang serba mengancam?

Belum juga selesai dengan kekhawatiran mengenai masa depan anak, para orang tua dipaksa mengikuti arus isu global yang semakin hari semakin memanas. Isu global ini nyatanya mampu menggebrak dinding pertahanan mental setiap individu, khususnya para orang tua. Kondisi yang terus menerus seperti ini, nampak sudah mampu memberikan dampak pada kesehatan mental orang tua.

Oleh karenanya, tidak heran jika semakin banyak orang tua yang merasa kelelahan bahkan stagnasi saat membersamai anak-anak mereka. Tenaga serta kasih sayang yang sebelumnya dapat mereka curahkan penuh untuk anak-anaknya, kini harus dibagi dengan beban mental yang mereka pikul. Saat ini para orang tua tidak hanya dituntut untuk mengurus anak-anaknya, tetapi mereka juga dituntut untuk tetap kuat dan “waras” menghadapi hari-hari yang semakin tidak jelas.

Tidak ada jaminan bagi para orang tua yang “kelelahan” ini akan mampu secara konsisten mempertahankan kualitas pengasuhan mereka. Namun, hampir bisa dipastikan bahwa beban mental pada orang tua mampu memberikan dampak pada kualitas pengasuhannya. Perlu kita pahami, bahwa orang tua memainkan peran penting dalam perkembangan emosional dan psikologis anak. Saat mengasuh anak, orang tua akan mentransfer nilai, norma, juga unsur emosional kepada anak.

Oleh karenanya kesehatan mental orang tua merupakan salah satu kunci penting dalam kesehatan mental anak. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa keterlibatan positif dalam pengasuhan orang tua, mampu memberikan dampak yang baik bagi perkembangan sosial dan emosional pada anak dan remaja. Lalu pertanyaan besarnya adalah, upaya seperti apa yang dapat dilakukan oleh para orang tua agar tetap “waras” walau dalam kondisi tercekam?

Dalam tulisan ini, kita akan saling mentransfer semangat, wawasan juga kewarasan tentunya. Saat kita merasa berada dalam situasi yang serba mengancam pastinya hal tersebut akan membuat kita menjadi cemas dan over thinking dalam memikirkan segala sesuatunya. Percayalah, bahwa semakin banyak informasi negatif yang kita terima, tanpa adanya filter hanya akan memperburuk kondisi mental kita.

Filter yang dimaksud yaitu keterampilan kita dalam menentukan informasi mana yang perlu kita ketahui dan mana yang tidak perlu kita ketahui. Mulai dari saat ini, ada baiknya kita mulai bijaksana dalam menyaring informasi yang kita terima.

Hal ini dikarenakan, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menyerap setiap informasi dan meyakini hal tersebut akan menimpanya. Terlebih saat kondisi mental sedang tidak stabil, informasi yang negatif akan lebih mudah diserap dan diinternalisasi dalam diri, sehingga kondisi ini akan semakin memperburuk kesehatan mental.

Sambil kita mencoba untuk mengasah keterampilan kita dalam melakukan filtrasi, ada baiknya bila kita juga meningkatkan kesadaran akan kesehatan tubuh kita. Selain melakukan konsultasi dengan porfesional terkait kesehatan tubuh, terdapat salah satu cara sederhana yang dapat kita lakukan yaitu dengan berolahraga mandiri.

Kita dapat mencobanya dengan melakukan jalan kaki selama tiga puluh menit setiap harinya. Manfaatnya tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas kesehatan mental. Hal ini dikarenakan setiap kita berolahraga, secara otomatis tubuh kita akan melepas beberapa jenis hormon yang memiliki tugas untuk menurunkan kadar stress.

Dengan kadar stress yang menurun, secara otomatis tubuh akan lebih produktif untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan berpikir maupun aktivitas fisik lainnya.

Upaya lain yang dapat kita coba yaitu dengan meluangkan waktu “me time”. Mengapa hal ini menjadi penting? Me time merupakan salah satu investasi kesehatan, yang mengacu pada waktu dimana kita meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Tujuannya untuk berhenti sejenak dari segala tuntutan, diluar itu me time juga dapat dijadikan wadah bagi kita untuk merenung dan mengisi kembali energi kita. Setiap individu memiliki cara mereka sendiri dalam menikmati me time, tapi perlu diingat bahwa me time tidak bisa dijadikan senjata untuk lari dari masalah.

Bagi para orang tua: “Sejatinya masalah akan selalu datang setiap harinya, maka dampingilah masalahmu dengan upaya dan ilmu.” *

*Alinda Destiana, psikolog klinis dan remaja, betmukim di Kota Bandung, Jawa Barat.

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Response