Oleh: Ridhazia
BMKG mengingatkann penduduk Bandung untuk waspada terhadap potensi puting beliung. Bersiagalah menyelamatkan diri jika sudah melihat fenomena awan gelap disertai hujan lebat, petir, dan angin kencang.
Puting beliung sangat mengkhawatirkan karena daya rusaknya. Bisa mengangkat pohon yang menghujam ke tanah ratusan tahun. Menerbangkan benda lain hingga terbang puluhan meter ke udara.
Kejadian alam ini akan semakin meningkat frekuensi dan intensitasnya karena perubahan iklim. Demikian prediksi BMKG dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Tahun 2025
Sepanjang tahun 2025 insiden puting beliung dilaporkan terjadi di Bandung. Terakhir terjadi di Bojongsoang pada Oktober 2025 dan Ujungberung (November 2025).
Sedangkan amuk angin yang sangat mencekam juga pernah terjadi di daerah perbatasan kota antara lain terjadi di Cileunyi, Cimenyan, Rancaekek dan Cicalengka pada 2024.
Tornado Bandung
Dalam sebuah artikel yang dipublikasi di Jurnal Meteorology and Atmospheric Physics pada 21 Oktober 2025 lalu, tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap kalau durasi puting beliung yang terjadi daerah Bandung lebih lama.
Durasi itu sudah melampaui kejadian angin puting beliung biasanya yang lazim terjadi sekejap saja.Kekuatan atau kecepatan angin yang terjadi di Cimenyan misalnya saat itu juga mencapai 56 kilometer per jam. Setara tornado di Amerika Serikat.
Atas dasar itu, tim peneliti yang menuliskan artikelnya dengan judul ‘High wind associated with bow echo mesovortex over Cimenyan, Indonesia’ itu sepakat puting beliung tidak bisa dianggap remeh lagi.
Perubahan Lahan
Peneliti BRIN menyebutkan bahwa perubahan fungsi lahan dari area hijau menjadi kawasan industri Bandung dibalik kejadian alam ini.
Terutama menyebabkan pemanasan intensif di permukaan tanah, yang pada gilirannya memicu puting beliung. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.
