
Bandung, Bandungpos.id (28-9-2024). Teater Sunda Kiwari terus berusaha membina, memelihara, melestarikan dan mengembangkan seni drama berbahasa daerah (Sunda), melalui kegiatan Festival Drama Basa Sunda (FDBS) yang rutin digelar setiap tahun, sejak 1990 hingga sekarang.
Tahun ini Teater Sunda Kiwari kembali menyelenggarakan kegiatan FDBS-XXII tingkat Umum tahun 2024, yang akan dilaksanakan pada 13-18 Oktober 2024, di Gedung Kesenian Rumentangsiang, Kota Bandung.
Penyelenggaraan kegiatan FDBS-XXII mendapat dukungan dari Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, Badan Bahasa Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Ketua Teater Sunda Kiwari, Dodi Kiwari mengatakan bantuan tersebut melalui program “Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan Penguatan Komunitas Sastra Periode II September-Oktober Tahun 2024. Juga mendapat dukungan dari Pemerintah daerah, berupa bantuan fasilitas tempat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.
“Festival ini merupakan manifestasi dari komitmen Teater Kiwari dalam memelihara dan mengembangkan kekayaan budaya dan kesenian Jawa Barat, sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah dan Perda Jawa Barat No. 5 dan 6 Tahun 2003 mengenai pelestarian Bahasa, Sastra, Aksara, dan Kesenian Jawa Barat,” kata Dodi Kiwari.
Dodi menjelaskan, mata rantai FDBS di satu sisi menumbuh-kembangkan tunas-tunas baru grup teater, baik di sekolah maupun dikalangan masyarakat umum, juga melahirkan penulis naskah drama Sunda generasi baru.
Ajang ini juga, sebagai media pembelajaran. FDBS telah menstimulasi para peserta, penulis naskah, dan penonton untuk melakukan observasi dan kajian terhadap kekayaan budaya Sunda. FDBS-XXII tingkat Umum tahun 2024 akan diikuti sebanyak 20 grup dari berbagai kota/kabupaten di Jawa Barat.
Setiap grup memilih satu dari tujuh naskah yang disediakan, yakni: “Amara Rababu”, karya Nunu Nazarudin; “Duit”, karya Ayi G. Sasmita; “Flambora”, karya Zaenal Abidin; “Matematika Beurit” karya, Arthur S. Nalan; “Raja Wales”, karya HR. Hidayat Suryalaga; “Wangsa Baha” karya Lugiena De; dan “Tambela”, diterjemahkan dalam bahasa Sunda oleh Rosyid E. Abby (Naskah Asli “Peti Mati”, karya Yessy Anwar).
Dalam hal penjurian, dasar penilaian Lomba Drama Basa Sunda ini terdiri dari pementasan, penyutradaraan, aktor dan aktris juga artistik dan musik.
Untuk pementasan terbaik juara pertama akan menerima piala bergilir Teater Sunda Kiwari, piala tetap FDBS- XXll dan uang apresiasi sebesar Rp 7 juta.
Dewan juri ditunjuk dan ditetapkan oleh pengurus Teater Sunda Kiwari yang terdiri atas Rachman Sabur, Bambang Arayana Sambas dan Yayat Hidayat K, yang memiliki keahlian di bidang teater, mampu bersikap adil, netral dan independen yang berasal dari unsur profesional, budayawan, praktisi dan pemerhati teater (kin sanubary/bandungpos).