Bandung Raya

Suarakan Kesetaraan Gender, Sekolah Damai Indonesia Bandung Gelar Diskusi Marjinalisasi Perempuan

349views

METRO BANDUNG, bandungpos.id – Isu marjinalisasi kelompok minoritas selalu mengundang perhatian dan diskusi mendalam di masyarakat. Sebagai sebuah komunitas yang aktif mengangkat isu-isu ini, Sekolah Damai Indonesia (Sekodi) Bandung menyelenggarakan diskusi bertajuk “Sejarah dan Asal Usul Penindasan Terhadap Perempuan”, Sabtu (21/9) di Lakker Cafe Shop, Jalan Braga, Kota Bandung.

Sekodi aktif di Bandung sejak 2018,  setiap bulannya mengusung tema yang berbeda-beda. Adapun tema untuk September adalah gender dan seksualitas.

Untuk sesi diskusi diisi oleh Hani Yulindrasari, seorang pakar di bidang gender dan hak asasi manusia, yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (SPPKS) UPI. Dalam pembahasannya, Hani menjelaskan akar penyebab kekerasan dan penindasan terhadap perempuan, serta menggarisbawahi peran perempuan yang meskipun telah mencapai kesetaraan dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan, mereka tetap rentan terhadap kekerasan, perendahan, dan pelecehan.

Fanny S Alam, selaku Koordinator Regional Sekodi Bandung, menjelaskan bahwa audiens yang hadir rata-rata didominasi oleh golongan muda tetapi ada juga beberapa perwakilan dari golongan lain yang ikut berpartisipasi.

“Audiens kami rata-rata anak muda, yang paling muda dari SMA, sekira umur 18 – 19 tahun. Dan sebetulnya kami membatasi sampai umur 30-an karena objek utama kami adalah anak-anak muda. Walaupun begitu, kami tidak menutup akses bagi kelompok usia lain (yang berusia di atas 30 tahun) untuk ikut bergabung,” ujar Fanny.

Fanny juga menjelaskan bahwa diskusi ini dapat menjadi wadah untuk mensosialisasikan isu-isu kesetaraan gender kepada masyarakat. Ia juga menekankan bahwasanya perbedaan itu bukanlah pertentangan, melainkan kekayaan yang pantas untuk dihargai.

“Perbedaan dan keragaman bukanlah sesuatu yang patut ditakuti tetapi itu adalah berkah bagi kita. Dengan memahami perbedaan, kita dapat belajar untuk lebih toleran dan saling menghargai,” ungkap Fanny.

Dengan diselenggarakannya diskusi ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam dan mendorong perubahan positif dalam masyarakat, terutama dalam menghargai hak-hak perempuan.(dimas/bnn)

Leave a Response